
Geograph.id – Tragedi menimpa populasi badak di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Banten. Kabar duka datang dengan terungkapnya kematian 26 Badak Jawa di tangan pemburu liar. Peristiwa ini menjadi pukulan telak bagi upaya pelestarian spesies yang terancam punah ini.
Menurut pengakuan para tersangka yang ditangkap oleh Polda Banten, 26 Badak Jawa telah dibunuh selama kurun waktu yang belum diketahui. Motifnya jelas: perburuan liar untuk mendapatkan cula badak yang bernilai tinggi di pasar gelap internasional.
Kematian 26 ekor ini menambah daftar panjang tragedi yang menimpa badak di TNUK. Pada tahun 2023, 15 badak juga dikabarkan mati, meskipun belum ada bukti yang kuat.
Populasi Badak Jawa di TNUK diperkirakan hanya sekitar 80 ekor. Kematian 26 badak ini menyebabkan 30% populasi punah dalam waktu singkat. Hal ini tentu menjadi kemunduran besar dalam upaya pelestarian hewan ini.
Upaya Penanganan dan Pencegahan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama aparat penegak hukum telah mengambil langkah-langkah untuk menangani kasus ini:
- Meningkatkan patroli dan pengamanan di TNUK untuk mencegah perburuan liar.
- Memburu para pelaku dan aktor intelektual di balik perburuan ini.
- Mengembangkanbiakan badak sebagai upaya menambah populasinya.
Namun, upaya ini tidak cukup. Diperlukan kerjasama multipihak dan penegakan hukum yang tegas untuk mencegah tragedi serupa terulang kembali.
Masyarakat juga dapat berperan dengan melaporkan aktivitas mencurigakan di sekitar TNUK kepada pihak berwenang.
Masa Depan Badak Jawa
Keberadaan hewan ini sudah di ujung tanduk. Kematian 26 badak ini menjadi pengingat bahwa masih banyak yang harus dilakukan untuk menyelamatkan spesies ini dari kepunahan.
Upaya pelestarian harus dilakukan secara berkelanjutan dan melibatkan semua pihak, mulai dari pemerintah, penegak hukum, organisasi non-pemerintah, hingga masyarakat.
Mari bersama-sama menjaga kelestarian Badak Jawa!