Cuaca Ekstrem Melanda Jabodetabek di Tengah Musim Kemarau

Hujan deras melanda Jabodetabek. Gambar: www.liputan6.com

Geograph.id – Diperkirakan bahwa wilayah Jabodetabek akan menghadapi cuaca ekstrem pada hari Sabtu (17/05/2025) dengan kemungkinan hujan deras disertai angin kencang dan petir. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini. Peringatan ini berlaku untuk beberapa wilayah, yaitu Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, serta Kabupaten dan Kota Bogor, Kota Depok, dan Kota Tangerang Selatan.

 

BMKG Peringatkan Potensi Hujan Disertai Angin Kencang

Berdasarkan ramalan cuaca 24 jam dari BMKG, hampir seluruh daerah Jabodetabek diperkirakan berawan tebal pada dini hari. Namun, hujan ringan masih mungkin terjadi di Kepulauan Seribu. Sejak pagi hingga menjelang pukul 13.00 WIB, cuaca akan berangsur menjadi cerah berawan. Namun, hujan ringan masih berpotensi terjadi di Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Kabupaten Bogor. Hujan yang mungkin disertai petir dan angin kencang diperkirakan akan turun mulai sore hingga pukul 19.00 WIB. Suhu udara rata-rata di Jabodetabek hari ini diperkirakan berkisar antara 24–32 derajat Celsius, kecuali di Bogor yang berkisar antara 20–30 derajat Celsius.

BMKG juga menginformasikan bahwa kondisi atmosfer saat ini tidak stabil. Hal ini terjadi selama masa transisi. Kondisi tersebut dapat memicu pembentukan awan konvektif seperti Cumulonimbus (CB). Awan ini berpotensi menyebabkan cuaca ekstrem, seperti hujan deras, petir, angin kencang, dan bahkan hujan es.

Dalam seminggu terakhir, hujan dengan intensitas sangat tinggi tercatat di beberapa daerah. Contohnya, pada 9 Mei 2025 di Kabupaten Jembrana, Bali, mencapai 121,4 mm/hari. Selanjutnya, 10 Mei di Kota Tangerang Selatan, Banten, 103,0 mm/hari. Kemudian, 11 Mei di Kabupaten Sleman, DIY, 115,3 mm/hari.

 

Fenomena Cuaca Basah di Awal Kemarau

Peneliti dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, mengungkapkan bahwa pergerakan bibit badai vorteks di Samudra Hindia masih menyebabkan cuaca lembap di beberapa daerah di Indonesia. Walaupun Indonesia telah memasuki musim kemarau, hujan tetap terjadi dengan intensitas yang tinggi. “Kondisi sering hujan yang terjadi di Sumatera bagian selatan dan Jawa masih akan terus berlangsung selama dasarian kedua Mei 2025.” ujar Erma Yulihastin, seorang Profesor Riset bidang iklim dan cuaca ekstrem dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dikutip dari Tempo.

 

Kriteria Musim Kemarau Tidak Terpenuhi di Jabodetabek

Selanjutnya, Erma Yulihastin mengungkapkan bahwa kawasan Jabodetabek diperkirakan tidak akan mengalami musim kemarau karena syarat-syarat untuk musim kemarau tidak terpenuhi. Kawasan ini berfungsi sebagai area konvergensi. Di sini, angin dari arah barat dan timur laut (monsun) bertemu. Kondisi ini menyebabkan hujan rutin di Jakarta, Tangerang, dan Depok. “Untuk wilayah Jakarta, Tangerang, Tangsel, dan sekitarnya, bahkan tidak akan mengalami musim kemarau. Hal ini karena kriteria musim kemarau tidak terpenuhi,” ujar Erma Yulihastin, dikutip dari Harian Massa.

 

Imbauan kepada Masyarakat

BMKG mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap kemungkinan cuaca ekstrem, terutama pada sore hingga malam hari. Masyarakat dianjurkan untuk mengikuti informasi cuaca terbaru melalui saluran resmi BMKG dan melakukan langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh cuaca ekstrem.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *