
geograph.id – Aceh, sebuah wilayah yang dikenal kaya akan keanekaragaman hayati sekarang berada di bawah ancaman serius yaitu perburuan dan perdagangan satwa liar yang makin meluas. Berbagai pihak, khususnya aktivis lingkungan dan seniman Aceh telah bersatu untuk menyuarakan keprihatinan dan menuntut perlindungan yang lebih kuat untuk melestarikan hewan dan habitatnya.
Aksi Damai sebagai Wujud Kepedulian
Untuk memperingati Hari Satwa Liar Sedunia, Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) menggelar aksi damai, bersama dengan seniman dan generasi muda Aceh. Dalam kegiatan ini, mereka turun ke jalanan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya perburuan liar dan perdagangan satwa yang dapat merusak ekosistem serta mengancam keberlangsungan hidup satwa liar.
Koordinator aksi, Raja Mulkan mengatakan kampanye ini bukan hanya demonstrasi, namun sebagai panggilan hati untuk melindungi hutan dan satwa Aceh, hal ini menjadi bagian penting dari identitas lokal. Seniman Aceh juga berkontribusi pada karya seni yang menginspirasi dan mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap masalah lingkungan.
Data Konflik Satwa dan Manusia Meningkat
Berdasarkan data dari Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), ada 136 konflik antara satwa liar dan manusia pada tahun 2021. Konflik tersebut kebanyakan melibatkan harimau Sumatera, hewan yang terancam punah saat ini berada di bawah tekanan besar karena kehilangan habitat dan perburuan. Aceh Selatan menjadi wilayah yang sebagian besar kasus mencapai 75 konflik. Situasi ini mencerminkan bagaimana aktivitas manusia terutama pembukaan lahan dan perburuan
Perburuan satwa liar tidak hanya mengurangi jumlah populasi hewan, namun juga mengancam keseimbangan ekosistem hutan di Aceh. Raja Mulkan menekankan bahwa semua satwa di hutan mempunyai peran penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup ekosistem dan memastikan kesinambungan fungsi hutan sebagai paru -paru dunia.
Penegakan Hukum dan Tantangannya
Sepanjang tahun 202 – 2021, aparat penegak hukum Aceh menyelesaikan 19 kasus perburuan dan perdagangan satwa liar. Meski terdapat penegak hukum, para aktivis masih merasa bahwa upaya ini tidak penting untuk menghentikan kejahatan lingkungan yang semakin luas.
Mereka menyerukan secara lebih tegas untuk memberikan sanksi dan meningkatkan pengawasan wilayah rawan perburuan. Penegakan hukum lebih efektif dianggap penting untuk mencapai efek pencegahan pada pelaku untuk mempertahankan kesinambungan keberadaan hewan -hewan ini.
Upaya Bersama untuk Masa Depan Satwa Aceh
Maraknya perburuan satwa liar menjadi sebuah ancaman nyata yang membutuhkan perhatian serius dari semua masyarakat dan pemerintah. Aktivis lingkungan dan seniman Aceh telah meluncurkan langkah penting dengan membuka topik secara terbuka dan mengundang masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelestarian.
Melalui edukasi, kolaborasi lintas sektor, penegakan hukum yang ketat, serta komitmen bersama menawarkan kesempatan untuk mempertahankan aset alami yang luar biasa untuk generasi mendatang. Melindungi satwa liar juga berarti keberlanjutan ekosistem dan kualitas hidup manusia di tanah rencong.