
Geograph.id – Rapper asal Amerika Serikat, Azealia Banks, memicu pro dan kontra setelah menyebut Indonesia sebagai “tempat sampah dunia” dalam salah satu unggahannya di media sosial. Kritik itu ditujukan pada proyek luar angkasa Jeff Bezos dan Elon Musk yang dinilai mengabaikan masalah bumi yang mendesak.
Dalam cuitannya di platform X 11 April lalu, Banks mempertanyakan logika di balik ambisi eksplorasi luar angkasa yang dianggap tidak relevan dengan kondisi bumi yang sedang dalam krisis lingkungan. Ia menyoroti kondisi negara-negara berkembang seperti Indonesia dan India yang tenggelam dalam masalah polusi dan pengelolaan sampah. “Fokus seharusnya bukan melarikan diri dari planet ini, tapi menyelamatkannya,” tulisnya.

Fakta Kelam di Balik Sampah Dunia dan Pengelolaannya di Indonesia
Cuitan Banks tersebut tidak sepenuhnya keliru. Menurut data Sistem Pengelolaan Sampah Nasional (SPSN) per 17 April 2025, jumlah sampah di Indonesia sangat tinggi. Tercatat, total timbulan sampah mencapai 33,621 juta ton setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 39,91 persen atau 13,417 juta ton tidak dikelola dengan baik. Artinya, hampir separuh sampah di Indonesia berpotensi mencemari lingkungan karena tidak terolah secara tepat.
Fakta lain yang memperkuat pernyataan Banks adalah posisi Indonesia sebagai negara penerima sampah impor. Pada 2022, Indonesia menjadi negara ketiga terbesar di dunia dalam menerima limbah impor, menurut data UN Comtrade. Permendag Nomor 84 Tahun 2019 sebenarnya hanya mengizinkan impor limbah non-B3 untuk kebutuhan bahan baku daur ulang. Namun, dalam praktiknya, limbah yang masuk masih sering tercampur dengan zat atau material yang tidak seharusnya.
Bisnis yang Merugikan Lingkungan
Dwi Sawung, Manajer Kampanye Tata Ruang dan Infrastruktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), mengatakan dalam wawancara dengan Medcom.id bahwa sebagian besar limbah impor berasal dari sampah rumah tangga negara lain yang dikirim dalam ribuan kontainer melalui pelabuhan seperti Tanjung Priok dan Tanjung Perak. “Mereka memang membayar ke kita, tapi tidak semua bisa diolah. Seringkali kita malah rugi,” ujarnya. WALHI mendesak pemerintah menghentikan praktik ini, tapi respons masih dilematis karena pasokan bahan baku lokal belum mencukupi.
Dwi melanjutkan bahwa limbah yang tidak bisa dimanfaatkan biasanya dibakar. Proses pembakaran ini kerap melepaskan dioksin, senyawa kimia berbahaya, yang membuat Indonesia menjadi negara dengan pencemaran dioksin tertinggi kelima di dunia dan kedua di Asia.
Upaya Pemerintah Menutup TPA Open Dumping
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisal Nurofiq, dalam pernyataannya pada Republika di Jakarta, Kamis (17/04/2025) terkait cuitan tersebut, menyebut bahwa pemerintah telah menghentikan operasional tempat pembuangan akhir (TPA) dengan sistem open dumping. “Saat ini hampir semua kabupaten/kota sedang menyisir ulang anggaran untuk pengelolaan sampah,” kata Hanif, menandakan adanya langkah awal dalam mengurangi beban lingkungan akibat sampah.
Ia juga menegaskan bahwa pemerintah akan mengambil langkah tegas dengan menutup 29 TPA yang masih menggunakan sistem open dumping karena dinilai membahayakan lingkungan dan kesehatan masyarakat di sekitarnya. Langkah ini menjadi bagian dari komitmen jangka panjang pemerintah dalam mewujudkan pengelolaan sampah yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.