Batu Menawan, Tapi Rawan Bencana: 3 Desa di Zona Bahaya

Gambar: KOMPAS/DEFRI WERDIONO

Geograph.id Kota Batu, sebuah kota yang indah dengan lanskap alam yang memesona, namun dibalik keindahannya terdapat ancaman bencana alam yang sering mengintai. Tiga desa di Kota Batu yaitu desa Sumberbrantas, Sumbergondo dan Tulungrejo secara khusus telah menjadi pusat perhatian karena rawan akan berbagai jenis bencana alam yang dapat terjadi kapan saja.

Kepala BPBD Kota Batu Agung Sedayu mengatakan, ada enam potensi bencana yang perlu diwaspadai di kota ini yakni tanah longsor, banjir, cuaca ekstrem, kebakaran hutan, gempa bumi, dan letusan gunung berapi.

“Kalau saat ini fokus utama kita pada antisipasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan,” kata Agung, kepala BPBD Kota Batu. 

Beberapa langkah antisipasi telah dilakukan, seperti diterbitkannya Surat Keputusan Wali Kota Batu tentang Status Siaga Darurat Bencana Karhutla No. 188.45/106/KEP/422.012/2023 pada tanggal 23 Juni 2023. Selain itu, koordinasi telah dilakukan dengan Tahura Raden Soerjo dan Perhutani KPH Malang.

Untuk memperkuat kesiapsiagaan dalam penanganan bencana karhutla, Sabtu 19 Agustus 2023 digelar Apel Siaga Darurat Bencana Karhutla di Coban Putri. Kegiatan tersebut melibatkan berbagai satuan tugas kebencanaan lintas sektor.

Desa yang terancam bencana

Desa Sumber Brantas yang berada di lereng gunung di Kota Batu juga menjadi salah satu daerah yang rentan terhadap longsor. Kondisi geografisnya yang berada di kaki Gunung Panderman, dengan lereng curam dan tanah yang longgar, meningkatkan risiko terjadinya longsor setiap kali musim hujan tiba. Selain itu, aktivitas manusia seperti penebangan hutan dan pembangunan infrastruktur juga dapat menyebabkan destabilisasi tanah yang memperparah situasi. Faktor-faktor ini menjadikan Desa Sumber Brantas perlu waspada dan terus meningkatkan upaya mitigasi. Serta upaya pencegahan guna mengurangi risiko bencana longsor yang dapat mengancam keselamatan warga serta infrastruktur desa.

“Yang paling berbahaya terjadi longsor adalah di Desa Giripurno, Desa Pandanrejo, Desa Sumber Brantas, dan Desa Tulungrejo. Kenapa? ya karena faktor kontur tanah di sana yang memang labil dan terletak di dataran tinggi. Oleh karena itu pemasangan EWS (Early Warning System) telah dipasang untuk mendeteksi pergerakan tanah setiap saat,” kata Agung. 

Tiga desa di Kota Batu ini adalah gambaran nyata tentang keindahan alam bisa menjadi dua sisi mata uang yang sama. Dibalik keelokan alamnya yang menarik wisatawan, warganya harus hidup dengan kesadaran akan potensi bahaya yang mengancam setiap saat. Oleh karena, itu diperlukan kerja keras dan kesiapan bersama dari warga maupun pemerintah setempat. Kesiapan itu tak lain adalah untuk mengurangi risiko bencana dan melindungi kelestarian alam sekitar.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *