BMKG Prediksi Kemarau Datang Bertahap, Puncaknya Juni-Agustus

 

Ilustrasi musim kemarau yang membuat tumbuhan dan tanah di sekitarnya mengering. Gambar: Unsplash

Geograph.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau akan mulai melanda sebagian besar wilayah Indonesia sejak akhir April hingga Juni 2025. BMKG memperkirakan kemarau akan datang secara bertahap dan mencapai puncaknya pada Juni hingga Agustus. Dalam laporan yang dikutip CNN Indonesia pada Jumat (3/5/2025), BMKG juga menyebut musim kemarau ini kemungkinan berlangsung hingga September.

Suhu Maksimum Naik Jelang Puncak Musim Kemarau

Seiring dengan pergantian musim, masyarakat di berbagai daerah mulai mengeluhkan suhu udara yang semakin panas. BMKG mencatat bahwa beberapa wilayah di Indonesia mengalami suhu maksimum yang cukup tinggi dalam beberapa waktu terakhir. Beberapa contohnya adalah Tanah Merah di Papua Selatan dan Juanda di Jawa Timur.

BMKG memperkirakan suhu panas terik masih akan berlangsung di sejumlah wilayah Indonesia hingga awal Mei. Perkiraan ini disampaikan dalam laporan Prospek Cuaca Mingguan periode 29 April-5 Mei 2025 yang dikutip dari CNN Indonesia. “Perpaduan radiasi matahari yang tinggi dan kelembapan udara yang juga cukup tinggi menyebabkan potensi suhu udara yang relatif panas pada pagi hingga siang hari, dan cuaca signifikan pada sore hingga malam hari,” tulis BMKG, melansir dari CNN Indonesia, Jumat (3/5/2025).

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa saat ini Indonesia tengah menerima penyinaran matahari yang sangat intens. “Posisi semu matahari sedang melintasi wilayah ekuatorial dan secara bertahap bergerak ke utara,” jelasnya dalam pernyataan pada Sabtu (3/5/2025), mengutip dari Okezone.

Cuaca Tak Menentu, Antara Hujan Lebat dan Panas Ekstrem

Meski kekeringan mulai muncul, hujan dengan intensitas tinggi masih terjadi di sejumlah wilayah. Tiga hari terakhir, BMKG catat hujan lebat di Riau, Sumut, Jambi, dan Bangka Belitung dengan curah tinggi. Hujan intensitas sedang masih terjadi di beberapa wilayah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Meski begitu, Guswanto mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi dampak cuaca panas ekstrem. “Cuaca panas ekstrem dapat menimbulkan risiko dehidrasi dan heat stroke, terutama bagi kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, serta pekerja yang beraktivitas di luar ruangan dalam waktu lama,” tegasnya, dilansir dari Okezone.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *