Car Free Day Bukan Tempat Pembuangan Sampah

Car Free Day Malang. Gambar : Geograph.id

geograph.id – Di era modern ini, sampah menjadi hal yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Mulai dari sampah sisa makanan, plastik kemasan hingga sampah rumah tangga lainnya. Semua mengalir setiap harinya dari rumah, pasar, jalan raya, hingga ruang publik seperti Car Free Day. Masalahnya bukan hanya sekedar menumpuk namun, tentang bagaimana kita mengolahnya atau justru mengabaikannya. 

Menurut Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2021, Indonesia menghasilkan lebih dari 18 juta ton sampah per tahun. Sebagian besar diantaranya masih berakhir di TPA tanpa adanya proses daur ulang yang optimal. Hal ini menjadi ancaman bagi lingkungan, kesehatan dan juga kualitas hidup masyarakat. 

Kota Malang, kota yang terkenal akan kesejukan dan sejarahnya, kini menghadapi masalah sampah yang terus meningkat, tantangan sampah sangat terasa nyata. Masalah tersebut menjadi semakin kompleks saat kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan belum merata, sementara infrastruktur pengelolaan sampah belum sepenuhnya optimal. 

Lonjakan Sampah dan Dampaknya bagi Kota Malang

Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang, rata-rata timbunan sampah di tahun 2024 bisa mencapai 731,29 ton perhari, dengan 61% mayoritas sampah organik. Sementara itu pada perayaan atau keramaian publik seperti Car free Day (CFD) menjadi penyumbang lonjakan volume sampah dalam waktu singkat. Pada liburan lebaran 2025, total sampah yang masuk ke TPA Supit Urang yang terletak di Kelurahan Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang ini menembus angka hingga 828 ton hanya dalam tiga hari. 

Permasalahan sampah tidak hanya soal kuantitas, namun juga perilaku manusia, efektivitas sistem pengelolaan, hingga kemauan untuk berubah. 

Suara dari Jalan Ijen 

Minggu 25/05/2025, suasana Jalan Ijen di Kota Malang kini kembali dipenuhi warga yang sedang beraktivitas, seperti berolahraga, berjalan santai, dan berburu jajanan kaki lima. Car Free Day (CFD) rutin digelar setiap akhir pekan ini yang menjadi ruang publik favorit masyarakat Malang. Namun dibalik ramainya kegiatan tersebut, ada satu pemandangan yang sulit dihindari, sampah yang berserakan di sepanjang jalan.

Botol plastik, bungkus makanan, sedotan, tisu bekas, bahkan sisa makanan tercecer di jalanan. Meski pihak pemerintah kota telah menyediakan sejumlah trash bag besar di beberapa titik, kesadaran pada sebagian masyarakat masih sangat minim.

Testimoni Pengunjung dan Penjual di CFD Malang 

Salah satu penjual minuman, Aisyah, membuka lapak dekat persimpangan Museum Brawijaya, mengaku telah berusaha menjaga kebersihan di lingkungan sekitar lapaknya.

“Saya selalu membawa kantong sampah sendiri. Tapi biasanya juga saya bawa pulang juga kalau masih ada sisa,” ujar Aisyah. “Tapi ya itu, kadang kalau pembeli habis makan atau minum langsung buang sampah sembarangan. Kadang saya juga yang bersihin.”

Ketika ditanya apakah ada bantuan dari pengelola CFD untuk pengelolaan sampah, Aisyah menjawab bahwa ada petugas kebersihan yang berkeliling, tapi tidak cukup. Ia juga mengatakan bahwa di Car Free Day tersebut sudah disediakan trash bag besar untuk mereka yang membuang sampah. Namun, tidak semua orang mau berjalan kaki beberapa meter untuk membuang sampah.  

Pendapat lain datang dari salah seorang pejalan kaki yang sedang berada di kawasan CFD Malang, Saharani, warga Lawang yang juga cukup sering datang ke CFD Malang. Ia mengaku sering pergi ke CFD untuk sekedar berjalan kaki, jogging, dan kuliner. Saharani mengaku bahwa sampah yang ia bawa terkadang langsung dibuang di trash bag disediakan ataupun dibawa pulang. 

“Kalau saya pribadi biasa bawa kantong plastik sendiri. Jadi kalau nggak nemu tempat sampah ya saya bawa pulang. Saya juga sering melihat banyak orang yang setelah makan jajan nya dibuang sembarangan, entah di sepanjang jalan maupun di pot bunga,” katanya.

Menurut Aisyah, edukasi terkait sampah masih kurang. “Mungkin Pemkot bisa bikin petugas yang keliling sambil kasih edukasi langsung. Soalnya ini kayak udah jadi kebiasaan,” ujarnya.

Fakta Lapangan

Berdasarkan pemantauan pukul 09.00 WIB, titik-titik paling kotor berada di sekitar pusat keramaian, seperti depan gereja dan area dekat penjual minuman. Petugas kebersihan mulai menyisir lokasi sekitar pukul 10.30, namun banyak sampah yang tertinggal di semak-semak atau trotoar.

Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang sendiri dalam rilis terakhir menyebutkan bahwa setiap penyelenggaraan CFD, rata-rata dihasilkan sekitar 1,2 ton sampah organik dan anorganik.

Masalah Kultural dan Kolektif

Menurut para ahli lingkungan, persoalan sampah di CFD bukan semata karena kurangnya fasilitas, tapi juga kebiasaan masyarakat yang belum tertanam kuat dalam menjaga kebersihan sekitar.

“Sampah di Car Free Day adalah cermin dari cara kita memandang ruang bersama. Ada rasa ‘bukan tanggung jawab saya’ yang masih melekat,” kata seorang pemerhati lingkungan, Tri Wulandari dari komunitas Malang Zero Waste.

Dari pedagang yang terpaksa membawa pulang sampah pembeli hingga pejalan kaki yang masih melihat bungku makanan di pot bunga, semua ini menjadi gambaran bahwa kesadaran masih harus ditanamkan lebih dalam. Seperti yang dikatakan oleh pemerhati lingkungan dari Malang Zero Waste, Tri Wulandari, pendekatan langsung dan edukasi keberlanjutan harus menjadi bagian dari sistem bukan hanya sekedar aktivitas musiman. 

CFD bukan hanya menjadi ruang bebas kendaraan, tapi juga bebas dari sampah dan egoisme individu. Penjual dan warga sudah menunjukkan niat baik, namun perlu dukungan lebih sistematis dari pengelola dan pemerintah. Karena ruang publik yang bersih bukan hanya soal kenyamanan, tapi juga cermin dari peradaban.

Menuju CFD Bebas Sampah

Hingga saat ini, data resmi yang mencatat secara spesifik volume sampah yang dihasilkan pada kegiatan Car Free Day (CFD) Kota Malang pada tahun 2025 belum tersedia. Namun, kegiatan CFD Malang telah menjadi perhatian berbagai pihak dalam upaya pengelolaan sampah. Sebagai contoh, pada Desember 2024, RS Lavalette mengadakan kampanye terkait pengurangan sampah plastik di CFD Ijen. Pengunjung diajak untuk menukarkan botol plastik dengan barang reusable

Walaupun data spesifik untuk CFD belum tersedia, upaya pengelolaan sampah di Kota Malang harus ditingkatkan. Salah satunya penggunaan jembatan timbang di TPA Supit Urang, yang memungkinkan pencatatan volume sampah lebih akurat dan real-time. 

CFD Sebagai Cermin Peradaban Bersih

Car Free Day Jalan Ijen seharusnya menjadi representasi kota yang sehat, ramah lingkungan dan sadar akan pentingnya lingkungan publik yang bersih. Namun, faktanya menunjukan tantangan terbesar bukan hanya menyediakan tempat sampah atau petugas kebersihan, namun membangun budaya kolektif untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih sebagai tanggung jawab bersama. 

Lonjakan sampah yang dihasilkan dari event-event massal seperti CFD bisa menyamai jumlah sampah selama libur besar. Jika terus dibiarkan tanpa intervensi, ruang publik akan tercemar dan semangat “car free” akan menjadi simbol kosong. 

Kini Pemkot, komunitas, pelaku usaha dan masyarakat bersinergi untuk menciptakan perubahan. Edukasi secara tatap muka, kampanye kreatif, insentif warga yang peduli, serta penegakkan aturan humanis harus menjadi prioritas. Karena pada akhirnya, menjaga kebersihan bukan entang siapa yang bertugas tapi siapa yang peduli. 

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *