Dampak Negatif Teknologi Terhadap Lingkungan

Gambar hanya ilustrasi. Gambar: Universal Eco

geograph.id-Perkembangan teknologi bersifat terus-menerus dan merupakan inovasi dari teknologi sebelumnya. Dari mesin sederhana hingga perangkat digital, teknologi telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Saat semuanya sudah serba digital, rasanya tidak dapat disangka bahwa integrasi teknologi telah mengubah cara kita hidup dan berinteraksi. Mulai dari komunikasi yang jadi serba instan, akses yang mudah terhadap berbagai informasi dan layanan, membuat semua terasa lebih efisien. Namun, di balik semua itu, terdapat kekhawatiran mengenai dampak negative teknologi.

Jejak Lingkungan dari Teknologi Digital:

Langkah pertama untuk memajukan dunia digital yang hijau dan berkelanjutan adalah menilai jejak lingkungan sektor tersebut. Namun, meskipun penelitian tentang topik tersebut telah mendapatkan momentum baru-baru ini, mengaudit dunia digital masih merupakan tugas yang sangat rumit. Ketersediaan data merupakan salah satu tantangan utama untuk memajukan studi yang kuat. Sulitnya mengatur teknologi yang baru muncul diakui secara luas. Para pembuat kebijakan sering kali kesulitan untuk mencapai keseimbangan antara memungkinkan inovasi dan melindungi masyarakat dari risiko tak terduga dari teknologi baru. Ketegangan ini menjelaskan mengapa dunia digital masih sangat tidak diatur.

Dampak Negative Teknologi

Kurangnya regulasi ini dampak negative teknologi khususnya terlihat jelas dalam upaya mengatasi dampak lingkungan dari teknologi digital. Tidak adanya kerangka regulasi yang berorientasi pada keberlanjutan berarti bahwa perusahaan sering kali terbebas dari kewajiban untuk mengadopsi standar lingkungan, serta untuk mengungkapkan data tentang dampak lingkungan dari aktivitas mereka.
Semua teknologi digital tentu membutuhkan energi dalam proses produksi hingga saat digunakan. Namun, beberapa hal dianggap meninggalkan jejak karbon secara signifikan, yaitu:

  • Data Center (Pusat Data)

    Data center atau pusat data, sering digambarkan sebagai tulang punggung ekonomi digital. Namun ternyata data center merupakan kontributor terbesar dalam meningkatnya jejak karbon teknologi digital. Sebab, data center menampung server dan peralatan jaringan yang memerlukan energi besar supaya bisa beroperasi dengan optimal. Ditambah lagi dengan pertumbuhan permintaan untuk menyimpan dan memproses data yang juga besar, sehingga emisi karbonnya juga meningkat terus.

Gambar hanya ilustrasi. Gambar: Visual capitalist
  • Cloud Computing (Komputasi Awan)

    Cloud computing atau komputasi awan adalah infrastruktur komputasi modern yang menawarkan skalabilitas dan fleksibilitas. Dengan cloud computing, kita bisa menggunakan jaringan data center yang luas, namun melipatgandakan konsumsi energi juga. Saat ini, semakin banyak bisnis dan individu yang migrasi menggunakan cloud untuk kebutuhan komputasi yang tentunya berdampak pada lingkungan.

  • Manufaktur dan Limbah

    Selain itu, seluruh siklus perangkat digital juga turut berkontribusi terhadap meningkatnya jejak karbon. Mulai dari proses manufaktur seperti ekstraksi bahan mentah, transportasi, sampai dengan pembuangannya. Banyaknya update perangkat baru juga cenderung membuat konsumen sering berganti dan menambah limbah elektronik.

Dalam kesimpulannya, pengaruh alam dalam dunia digital sangatlah kompleks dan memerlukan perhatian serius dari semua pihak. Perlu adanya kerjasama dan kolaborasi antara pemerintah, industri, masyarakat dan akademisi dalam pengembangan teknologi digital yang berkelanjutan dan memperhatikan lingkungan, kesehatan dan hak asasi manusia. Dengan cara tersebut, diharapkan bahwa pengaruh alam dalam dunia digital dapat memberikan dampak yang positif bagi keberlangsungan kehidupan di bumi.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *