
Geograph.id – Kota Denpasar saat ini dihadapkan pada masalah yang cukup signifikan dalam pengelolaan sampah. Di ibu kota provinsi Bali ini, volume sampah secara akumulatif per hari mencapai angka 1.000 ton. Dari jumlah ini, pemerintah kota Denpasar baru bisa mengelola sekitar 200 ton per hari dengan pengolahan melalui berbagai fasilitas seperti TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle), bank sampah, dan TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu).
Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara menyatakan dengan optimis bahwa rasa terbatas tersebut memaksa pihaknya sangat bergantung pada kebijakan pemerintah setempat, khususnya untuk berkaitan dengan proyek waste to energy. Rencana untuk melakukan market sounding di TPST Tahura pun tertunda, menyusul keterlibatan Danantara melalui PLN dalam penanganan sampah.
“Saat ini kami masih menunggu regulasi final, karena ada ketentuan baru dari pusat yang akan melibatkan pihak ketiga,” ujar Jaya Negara, dilansir dari Detikbali.com.
Kendala Pengelolaan Sampah Bali
Kendala lain yang dihadapi adalah keterbatasan lahan untuk pengolahan sampah. Diperkirakan, untuk menangani 1.000 ton sampah per hari, dibutuhkan lahan seluas 5 hektar. Namun, lahan TPST yang tersedia terhambat oleh bank dunia. Pembatasan tersebut sebelumnya tidak mengizinkan lahan tersebut untuk digunakan pada proyek waste to energy. Pemkot meminta pelonggaran kebijakan dari bank mengenai lahan tersebut untuk memungkinkan hal itu.
Dalam situasi yang sulit dan batasan kebijakan, Pemerintah Kota Denpasar telah bekerja tanpa lelah untuk meningkatkan pengelolaan sampah di kota. Salah satu langkah yang lebih konkret adalah penyerahan 43 unit motor cikar kepada desa dan kecamatan untuk meningkatkan sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah dari warga. Selanjutnya, pengoperasian 17 mesin Gibrig di TPS3R diharapkan dapat memproses sekitar 225 ton sampah per hari secara mandiri.
Selain itu, masyarakat diimbau untuk aktif berpartisipasi dalam program bank sampah di Denpasar dengan cara memilih dan memilah sampah dari rumah. Menghadapi tingginya kapasitas produksi sampah dan rendahnya pengelolaan sampah di Denpasar, Pemkot Denpasar seharusnya tanggap dan kolaboratif. Diperlukan peran dan dukungan dari masyarakat, serta pemanfaatan teknologi untuk pengolahan sampah yang lebih modern.