Gawat! Produksi Pisang Dunia Terancam Akibat Krisis Iklim

Pohon pisang, buah tropis yang menjadi favorit banyak orang. Gambar: Unsplash/Aleksandar Popovski

Geograph.id Krisis iklim kini menjadi ancaman serius bagi kelangsungan produksi pisang dunia, menurut laporan terbaru dari lembaga amal pembangunan internasional, Christian Aid. Laporan menunjukkan area pertanian pisang yang berkembang kini berisiko tinggi akibat dampak perubahan iklim ekstrem yang terus meningkat.

Faktor Produksi Pisang Terancam

Petani melaporkan bahwa cuaca yang tidak menentu, seperti gelombang panas dan badai, telah merusak tanaman mereka. Pisang membutuhkan suhu antara 15–35 derajat Celsius untuk tumbuh secara optimal. Namun, tanaman ini sangat rentan terhadap kekurangan air dan peningkatan serangan hama akibat stres panas. Badai juga merobek daun tanaman, menghambat proses fotosintesis, sementara infeksi jamur seperti Fusarium Tropical Race 4 menyebabkan kerusakan besar hingga kehilangan seluruh ladang pisang.

Lebih parahnya, hampir dua pertiga dari lahan yang paling cocok untuk budidaya pisang di Amerika Latin dan Karibia diperkirakan akan hilang pada tahun 2080. Padahal, wilayah tersebut dikenal sebagai salah satu penghasil pisang terbesar di dunia. Negara-negara seperti Guatemala, Kosta Rika, dan Kolombia kini sudah mulai merasakan dampaknya.

Aurelia Pop Xo, seorang petani pisang di Guatemala, mengungkapkan kekhawatirannya pada Christian Aid, “hal ini terjadi karena kita tidak menjaga tanah air dan ekosistem kita dengan baik. Situasi ini sangat mengkhawatirkan, terutama bagi anak-anak kita dan generasi cucu kita di masa depan.” Ia menyebut bahwa meski sudah memprediksi kondisi ini, tetap saja sulit melihat masa depan yang tidak menentu. Hilangnya hasil panen berarti juga hilangnya sumber penghasilan. 

Pisang merupakan makanan pokok penting dunia, menempati urutan keempat setelah gandum, padi, dan jagung. Lebih dari 400 juta orang di seluruh dunia mengandalkan pisang sebagai sumber 15% hingga 27% kebutuhan kalori harian mereka.

Tetapi, kurangnya variasi genetik dalam tanaman pisang menjadikannya sangat rentan terhadap perubahan iklim.  Untuk mengatasi hal ini, Christian Aid mendesak negara-negara kaya dan pencemar utama untuk segera mengurangi emisi karbon mereka. Konsumen dapat berperan dengan memilih pisang Fairtrade dan organik. Dengan demikian, pilihan tersebut membantu memastikan petani menerima harga yang adil serta mengurangi penggunaan pupuk kimia.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *