
‘Dalam Outlook Perekonomian india 2024 yang diselenggarakan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jokowi memastikan Indonesia akan mengimpor satu juta ton beras dari India dan dua juta ton dari Thailand untuk menjamin keamanan cadangan beras nasional Indonesia pada tahun 2024’
Geograph.id – Setelah menugaskan impor sebanyak 2 juta ton pada akhir tahun 2023 lalu, pemerintah memutuskan untuk menambah kuota impor Bulog tahun ini sebanyak 1,6 juta ton. Namun pada awal tahun ini, Bulog masih harus mengimpor 500.000 ton beras, yang merupakan bagian dari pengugasan impor Bulog pada tahun 2023 lalu, yang mencapai 3,5 juta ton.
Pemerintah akan mengimpor 3,6 juta ton beras sepanjang tahun 2024 , menurut Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan. (Zulhas) mengatakan impor ini disebabkan oleh perubahan iklim.
“Kita harus menyiapkan dari jauh hari ya, apakah sudah membutuhkan untuk impor beras kalau enggak salah tahun ini berapa ya, 3,6 juta, tentu itu perlu persiapan ya,” ujar Zulhas, Sabtu (4/5/2024).

Zulhas mengatakan bahwa hasil panen di negeri ini dipengaruhi oleh perubahan iklim, yang menyebabkan pemerintah mengimpor beras. Dia juga mencerminkan cuaca ekstrem di banyak negara Asia Tenggara termasuk Indonesia yang mengharuskan menyediakan cadangan beras dari negara luar.
“Karena ini ada perubahan iklim, cuaca ekstrem, di Filipina saya dengar sudah berapa tuh, 34-35 derajat? Nah iya, kita sudah 34 kan, biasanya 32,” ujarnya.
Selain itu, Zulhas menyatakan bahwa tindakan ini diambil untuk memastikan ketersediaan sembako dan harga tetap stabil. Dia menyatakan bahwa pemerintah saat ini masih mempertimbangkan impor beras ini.
“Semuanya tentu kita hitung kita perhatikan agar sembako tersedia dan harganya stabil,” tuturnya.
Apa alasan pemerintah terus menambah stok beras impor?

Pemerintah meningkatkan kuota impor beras Bulog untuk tahun ini, tetapi Arief Prasetyo Adi, kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), enggan memberikan jawaban yang lebih rinci. Impor meningkatkan cadangan pangan pemerintah (CPP). Arief pun hanya menunjukkan data produksi beras nasional sejak tahun 2021.
Produksi beras nasional mulai Januari hingga Maret 2024 mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan tiga tahun sebelumnya. Pada bulan Januari, produksi beras nasional berada di 1,2-1,42 juta ton, Februari 2,34-2,35 juta ton, dan Maret, selama panen raya, 5,49-5,57 juta ton.
Produksi beras pada tahun 2023 mulai menurun, mencapai 1,34 juta ton di bulan Januari, 2,85 juta ton di bulan Februari, dan 5,13 juta ton di bulan Maret. Di sisi lain, produksi 2024 mengalami defisit, dengan perkiraan panen hanya 910 ribu ton di bulan Januari, 1,39 juta ton di bulan Februari, dan 3,51 juta ton di bulan Maret.
Penting untuk menyelesaikan tugas pertama yang diberikan kepada Bulog saat ini. Arief, di sisi lain menyatakan bahwa dia tidak bangga dengan impor dan lebih suka meningkatkan produksi beras dalam negeri.

Arief menyatakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memerintahkan Menteri BUMN Erick Thohir untuk memberikan instruksi kepada Rahmad Pribadi, Direktur Utama Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC), untuk menyediakan program diskon pupuk kepada petani.
Sebelumnya, Arif Sulistyo, Direktur Impor Ditjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), menyatakan bahwa neraca beras nasional tercatat ada 7,89 juta ton beras yang tersedia hingga akhir tahun 2023.

Meskipun produksi diperkirakan mencapai 32 juta ton, kebutuhan nasional tahun 2024 diperkirakan mencapai 31,21 juta ton, produksi diperkirakan akan kurang untuk memenuhi kebutuhan hingga akhir tahun. Selain itu, BPS memperkirakan defisit 2,82 juta ton beras dari Januari hingga Februari 2024.
Dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah 2024, yang ditayangkan Senin (26/2/2024) di akun YouTube Kemendagri, dia menyatakan, “Berdasarkan Rakortas Kementerian Koordinator Perekonomian tanggal 5 Februari 2024, terdapat penambahan impor beras untuk keperluan umum sebesar 1,6 juta ton .”