
Geograph.id- Banyak dari kita tidak menyadari bahwa kebiasaan kecil sehari-hari bisa berdampak besar terhadap lingkungan. Mulai dari membuang makanan, mengikuti tren fast fashion, hingga penggunaan listrik dan air secara berlebihan, semua memberikan kontribusi nyata pada krisis iklim yang tengah kita hadapi saat ini.
Ubah Kebiasaan
Salah satu kebiasaan yang merugikan bumi adalah membuang makanan. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan bahwa Indonesia menghasilkan sekitar 23-48 juta ton sampah makanan per tahun. Jumlah ini menjadikan Indonesia sebagai negara pembuang makanan terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi. Padahal, limbah makanan akan membusuk dan menghasilkan gas metana yang jauh lebih berbahaya dibanding karbon dioksida.
Selain itu, fast fashion juga menjadi ancaman nyata. Tren pakaian murah yang cepat berganti membuat produksi tekstil meningkat pesat, menyumbang 10% dari emisi karbon dunia menurut laporan UN Environment. Industri ini juga mengonsumsi 79 triliun liter air per tahun dan menghasilkan limbah mikroplastik yang mencemari lautan.
Kebiasaan boros energi, seperti menyalakan lampu dan pendingin ruangan terus-menerus, turut memperparah kondisi bumi. Badan Energi Internasional (IEA) mencatat bahwa 40% emisi karbon global berasal dari sektor energi. Di Indonesia sendiri, konsumsi listrik rumah tangga terus meningkat dari tahun ke tahun.
Tak kalah penting, online shopping juga menyumbang jejak karbon tinggi. Proses pengemasan dan pengiriman barang memerlukan energi besar dan menghasilkan emisi CO₂, belum lagi sampah plastik dari kemasan yang sulit terurai.
Perubahan memang tidak mudah, tetapi bisa dimulai dari langkah kecil. Habiskan makanan, beli pakaian secukupnya, hemat listrik dan air, serta pikirkan kembali sebelum belanja online. Karena bumi butuh kita untuk bertahan, dan perubahan bisa dimulai dari rumah.