
Geograph.id– Ke mana perginya plastik yang kita buang setiap hari? Pertanyaan ini mungkin jarang kita pikirkan, padahal jawabannya menyimpan fakta mengejutkan. Dari udara yang tercemar racun pembakaran, tanah dan air yang tercemari limbah, hingga risiko penyakit serius, jejak “perginya plastik” ternyata membawa dampak panjang bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Perginya Plastik Dari Rumah
Setiap harinya, satu orang Indonesia diperkirakan menghasilkan sekitar 0,5 kg sampah plastik. Plastik ini berasal dari berbagai aktivitas harian seperti kantong belanja, kemasan makanan, botol minum, hingga sedotan sekali pakai. Sayangnya, begitu sampah ini dibuang, tidak semuanya dikelola dengan benar.
Masuk ke Tempat Sampah
Menurut United Nations Environment Programme (UNEP, 2021), hanya sekitar 9% sampah plastik global yang berhasil didaur ulang. Sekitar 12% lainnya dibakar yang menyebabkan polusi udara berbahaya. Sementara itu, sekitar 79% berakhir di TPA, sungai, dan laut. Indonesia sendiri tercatat sebagai penyumbang sampah plastik laut terbesar kedua di dunia (Jambeck et al., 2015).
Mencemari Laut
Sampah plastik yang terbuang ke laut tidak menghilang begitu saja. Ia terurai menjadi partikel kecil yang disebut mikroplastik. Hewan-hewan laut seperti ikan, kerang, hingga burung laut kerap tak sengaja memakannya.
Masuk ke Rantai Makanan
Mikroplastik ini kemudian masuk ke rantai makanan dan akhirnya dikonsumsi manusia. Studi dari WWF tahun 2019 menyebutkan bahwa rata-rata manusia mengonsumsi 5 gram mikroplastik setiap minggunya, atau setara dengan selembar kartu ATM.
Langkah Sederhana
Untuk mencegah krisis plastik semakin parah, masyarakat bisa memulai dari langkah kecil seperti membawa tas belanja sendiri, menggunakan botol minum isi ulang, hingga memilah sampah rumah tangga. Kita juga bisa mengirimkan sampah plastik ke bank sampah atau organisasi dan inisiatif yang mendukung pengelolaan sampah berkelanjutan seperti Duitin, Rekosistem, Armada Kemasan, Waste4Change, Sungai Watch, dan lainnya. Plastik mungkin terlihat ringan dan praktis, tapi dampaknya bisa membebani bumi selama ratusan tahun. Sekarang waktunya untuk berpikir ulang sebelum membuang.