Kota Hijau di Bawah Tanah: Inovasi Urban Farming di Lahan Terbatas

Rancangan kota bawah tanah Singapura. Foto: Yahoo News SG
Rancangan kota bawah tanah Singapura. Foto: Yahoo News SG

Geograph.id – Ketika lahan semakin terbatas, inovasi menjadi kunci untuk mengatasi tantangan urbanisasi. Salah satu contoh yang menarik datang dari Singapura, sebuah negara yang terkenal dengan keterbatasan lahannya. Di tengah keterbatasan ruang, Singapura berinovasi dengan mengembangkan kota hijau di bawah tanah, sebuah konsep yang menawarkan solusi untuk kebutuhan urban farming di masa depan.

Kehabisan Lahan: Singapura Beralih ke Kota Hijau Bawah Tanah

Singapura dikenal dengan pertumbuhan kotanya yang pesat dan keterbatasan lahan yang signifikan. Untuk mengatasi masalah ini, Singapura mulai mengeksplorasi potensi pembangunan di bawah tanah. Menurut laporan dari Tempo, Singapura berencana membangun kota bawah tanah yang tidak hanya akan berfungsi sebagai ruang hunian, tetapi juga sebagai tempat untuk kegiatan ekonomi dan pertanian.

Konsep kota bawah tanah ini tidak hanya menawarkan solusi untuk masalah keterbatasan lahan. Tetapi juga membantu mengurangi panas di permukaan kota, meningkatkan efisiensi energi, dan menciptakan lingkungan hidup yang lebih nyaman dan lestari.

Salah satu aspek menarik dari kota bawah tanah ini adalah penerapan urban farming atau pertanian perkotaan yang dapat dilakukan di bawah tanah.

Urban Farming: Solusi Pertanian di Tengah Kota

Urban farming merupakan salah satu inovasi yang semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Praktik ini memungkinkan pertanian dilakukan di dalam kota, mengurangi ketergantungan pada impor pangan, dan memperpendek rantai pasokan makanan. Dalam konteks kota bawah tanah, urban farming menawarkan solusi untuk memanfaatkan ruang yang tidak terpakai di bawah permukaan tanah.

Mongabay melaporkan bahwa kota bawah tanah bisa menjadi masa depan kehidupan manusia. Dengan teknologi yang semakin maju, pertanian di bawah tanah bukan lagi sebuah mimpi. Teknologi pencahayaan LED yang hemat energi, sistem irigasi pintar, dan kontrol iklim yang canggih memungkinkan tanaman tumbuh subur tanpa memerlukan sinar matahari langsung.

Inspirasi dari Geo Front

Geo Front dari anime "Neon Genesis Evangelion", yang terdiri dari Tokyo-3 (atas) dan NERV HQ (bawah). Foto: NGE Wikia
Geo Front dari anime “Neon Genesis Evangelion”, yang terdiri dari Tokyo-3 (atas) dan NERV HQ (bawah). Foto: NGE Wikia

Tidak hanya di dunia nyata, konsep kota bawah tanah juga telah lama menjadi inspirasi dalam budaya populer. Salah satu contohnya adalah Geo Front dalam anime Neon Genesis Evangelion. Geo Front adalah sebuah kota bawah tanah besar yang berfungsi sebagai markas utama organisasi NERV sekaligus tempat berlindung kota Tokyo 3. Kota ini dilengkapi dengan teknologi canggih dan dirancang untuk menjadi tempat tinggal yang nyaman serta berfungsi sebagai pusat operasi penting.

Mengambil inspirasi dari konsep fiksi seperti Geo Front, bumi bisa saja memiliki kota bawah tanah yang berfungsi serupa. Dengan kemajuan teknologi dan inovasi dalam bidang arsitektur serta teknik sipil, pembangunan kota bawah tanah yang nyaman dan efisien menjadi semakin mungkin untuk diwujudkan di masa depan.

Keuntungan Lingkungan dan Sosial

Penerapan urban farming di bawah tanah membawa berbagai keuntungan lingkungan dan sosial. Pertama, sistem ini dapat mengurangi emisi karbon karena mengurangi kebutuhan transportasi untuk mengangkut hasil pertanian dari luar kota. Kedua, penggunaan lahan bawah tanah untuk pertanian juga dapat membantu mengurangi urban heat island effect, atau efek pulau panas perkotaan, yang sering terjadi di kota-kota besar.

Selain itu, urban farming di bawah tanah juga berpotensi menciptakan lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan ketahanan pangan di perkotaan. Dengan lebih banyak makanan yang diproduksi secara lokal, masyarakat kota dapat menikmati makanan segar dengan kualitas lebih baik dan harga yang lebih terjangkau.

Tantangan dan Masa Depan Kota Hijau

Meski menawarkan banyak keuntungan, penerapan kota hijau di bawah tanah tidak tanpa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah biaya pembangunan dan operasional yang tinggi. Teknologi yang dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan bawah tanah yang layak huni dan produktif masih tergolong mahal. Selain itu, ada juga tantangan teknis terkait infrastruktur dan keamanan.

Namun, dengan terus berkembangnya teknologi dan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan lingkungan, kota hijau di bawah tanah dapat menjadi solusi yang layak di masa depan. Inovasi ini tidak hanya menawarkan solusi untuk keterbatasan lahan, tetapi juga menciptakan model kota yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Kota hijau di bawah tanah merupakan salah satu contoh inovasi urban farming yang menjanjikan di tengah keterbatasan lahan perkotaan. Dengan memanfaatkan ruang bawah tanah, kita dapat menciptakan lingkungan hidup yang lebih efisien, berkelanjutan, dan tahan terhadap berbagai tantangan masa depan. Singapura, sebagai salah satu pionir dalam konsep ini, menunjukkan bahwa dengan inovasi dan teknologi, keterbatasan lahan bukanlah hambatan untuk menciptakan kota yang hijau dan lestari.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *