Pemborosan Air Bersih, Ancaman Bagi Lingkungan

Krisis Air. Gambar: Pinterest

Geograph.id – Masalah air bersih semakin mengkhawatirkan di tengah meningkatnya ancaman krisis iklim dan kerusakan lingkungan. Air adalah sumber kehidupan yang tak tergantikan, tetapi banyak kebiasaan manusia yang tidak masuk akal untuk menggunakannya. Dalam kehidupan sehari-hari, orang menganggap perilaku sepele seperti mengabaikan pipa bocor, mencuci mobil dengan selang yang terlalu lama, atau membiarkan keran menyala. Meskipun demikian, kebiasaan-kebiasaan ini secara kolektif berkontribusi pada peningkatan kelangkaan air, terutama selama musim kemarau. Kelompok masyarakat yang paling rentan akan paling terkena dampak penurunan akses air bersih.

 

Ancaman Krisis Air Bersih di Indonesia

Menurut laporan World Resources Institute (WRI), Indonesia adalah salah satu negara dengan tekanan air tertinggi. Hal ini disebabkan oleh gabungan pertumbuhan penduduk, urbanisasi, dan perilaku boros air yang persisten. Namun, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa selama tahun 2024, lebih dari 50 kabupaten dan kota akan mengalami kekeringan, terutama di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), eksploitasi yang berlebihan mengurangi volume air permukaan di beberapa wilayah. Selain itu, ada perbedaan dalam distribusi air bersih, dengan masyarakat perkotaan biasanya memiliki akses yang lebih baik daripada masyarakat pedesaan.

 

Kebiasaan Sehari-hari yang Menguras Air

Ternyata, kebiasaan kecil yang biasanya dianggap tidak penting berkontribusi pada tingkat konsumsi air yang tinggi di rumah tangga. Selama menggosok gigi, keran air dapat menghabiskan hingga enam liter air per menit, menurut data UN-Water. Mencuci kendaraan dengan selang terus menerus dapat menguras lebih dari 200 liter air dalam satu waktu. Kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi air masih rendah. Tidak ada instruksi yang memadai tentang pengelolaan air dan tidak ada kebijakan yang ketat yang mendukung kebiasaan boros air.

 

Upaya Menghemat Air Dimulai dari Rumah

Peran individu dan komunitas menjadi sangat penting dalam menghadapi keadaan seperti ini.  Beberapa sekolah dan komunitas lingkungan di Indonesia telah memulai inisiatif sederhana untuk konservasi air, seperti mengatur jadwal mencuci pakaian, memanfaatkan air hujan untuk menyiram tanaman, dan memperbaiki kebocoran air secara berkala. Selain itu, pemerintah, melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), telah mendorong penerapan praktik zero water waste di sejumlah lembaga dan area industri.  Langkah ini menjadi awal penting dalam membangun budaya hemat air di masyarakat, meskipun implementasinya masih terbatas.

 

Krisis air bukan hanya ancaman masa depan; itu sudah terjadi di banyak tempat di Indonesia. Jika tidak diubah, krisis lingkungan yang kita hadapi bersama akan diperparah oleh kebiasaan buruk menggunakan air secara boros. Saatnya untuk mengubah cara kita melihat air sebagai sumber daya yang harus dijaga dan tidak disia-siakan.  Setiap tetes air dapat menyelamatkan kehidupan. Sekarang Anda dapat memulai apa pun, dari rumah tangga hingga komunitas, dari inisiatif kecil hingga gerakan kolektif.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *