
Geograph.id – Mas Agung Wilis Yudha Baskoro, seorang fotografer asal Indonesia, berhasil meraih penghargaan bergengsi World Press Photo Award 2025. Penghargaan tersebut ia peroleh berkat karyanya yang menyoroti isu sosial dan lingkungan di balik pesatnya industri nikel di Indonesia.
Foto yang memenangkan penghargaan tersebut menampilkan sekelompok pekerja tambang yang duduk di atas bak truk, dengan latar belakang pabrik smelter nikel yang mengepulkan asap tebal. Potret ini diambil di kawasan Weda Tengah, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara, salah satu wilayah yang mengalami percepatan pembangunan industri nikel dalam beberapa tahun terakhir.
Seruan Sosial dan Lingkungan Diapresiasi Tokoh Daerah
Karya Agung awalnya dipublikasikan oleh China Global South Project (CGSP). Karya tersebut menarik perhatian dunia karena kekuatan visualnya dalam menggambarkan kondisi nyata di lapangan. Dalam pernyataannya kepada Mongabay.id, Agung menekankan bahwa foto yang diambilnya tidak dimaksudkan sebagai bentuk perayaan. Sebaliknya, karya tersebut menyuarakan persoalan serius akibat ekspansi industri nikel yang berdampak besar pada lingkungan dan kehidupan manusia.
Karya ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk tokoh daerah. Anggota DPRD Provinsi Maluku Utara, Nazlatan Ukhra, menyambut positif penghargaan tersebut. “Ini bukan sekadar fotografi, tetapi refleksi sosial yang sangat menggugah,” ujarnya. Ia menilai foto tersebut mampu menyuarakan realitas yang sering kali luput dari perhatian publik luas.
Prestasi ini menjadi tonggak penting bagi fotografer Indonesia di kancah global. Hal ini juga menunjukkan bahwa fotografi mampu menyampaikan pesan sosial dan lingkungan dengan kekuatan visual yang memikat.
Jejak Karier dan Dedikasi Mas Agung Wilis sebagai Fotografer di Indonesia
Mas Agung Wilis adalah jurnalis foto yang memiliki ketertarikan mendalam terhadap isu sosial, lingkungan, dan budaya. Ia saat ini bekerja sebagai fotografer untuk media Jakarta Globe. Lulusan antropologi budaya dari Universitas Gadjah Mada (UGM) ini juga terlibat dalam beberapa proyek kolektif, seperti Donggala Revival dan Rekam Jakarta yang dirilis pada tahun 2019. Selain itu, ia pernah menjadi juri dalam ajang kompetisi fotografi Canon Photo Marathon Asia yang diselenggarakan di Yogyakarta.
Pencapaian Agung ini menjadi tonggak penting bagi dunia fotografi Indonesia di panggung internasional, sekaligus menegaskan bahwa fotografi lebih dari sekadar seni visual. Ia menjadi alat yang kuat untuk menyampaikan pesan sosial dan lingkungan, menyentuh sisi kemanusiaan, dan menggerakkan kesadaran publik melalui lensa kamera.