Geograph.id – BEBAS ILHAM MAHMUDI! Begitulah kiranya seru aksi yang dikobarkan oleh masyarakat Desa Kwala Langkat Kecamatan Tanjungpura Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Seruan itu ditujukan untuk perdamaian Ilham Mahmudi, sang penjaga lingkungan yang ditangkap oleh sekelompok pria berpakaian preman di rumahnya dengan tuduhan perusak sebuah rumah di sekitar Pantai.
Ilham hanya seorang warga desa biasa yang sering memprotes perusakan hutan bakau yang akan dialihfungsikan menjadi Perkebunan sawit oleh para mafia. Bersama warga desa lainnya, Ilham berusaha mati-mati untuk menjaga hutan bakau yang selama ini menjaga desanya dari ancaman abrasi.
Cerita penangkapan Sang Aktivis dimulai pada 18 April lalu, saat itu Ilham sedang duduk santai di teras rumah seusai membicarakan perusakan hutan lindung mangrove yang kian masif diubah menjadi kebun sawit, tiba-tiba datang belasan orang berbadan tegap dan berpakaian preman menyasar rumah Ilham dan adiknya. Ilham ditangkap oleh para preman tanpa menunjukkan surat penangkapan yang jelas, Ilham sempat tak mengindahkan perintah para preman untuk masuk ke mobil, namun ada seorang pria yang mendorong Ilham secara paksa.
“Abang saya dibawa tanpa ada penjelasan apapun oleh orang-orang yang mengaku dirinya sebagai polisi. Saat ditanya mana surat penangkapan mereka mengabaikan. Abang saya ditangkap seperti penjahat berbahaya,” tutur Nuzul ketika menjelaskan proses penangkapan abangnya.
Selepas Ilham dibui, perjuangan masyarakat Desa Kwala Langkat masih belum berhenti, mereka berkumpul untuk menyuarakan keresahan yang akan mengancam mereka jika menyelamatkan hutan lindung mangrove masih terus dilakukan, mereka melakukan aksi dengan membawa tuntutan yang mereka tuliskan di kertas dan papan, tulisan kurang lebih seperti ” Ekskavator Ditahan, Mafia Bebas Berkeliaran.Stop Kriminalisasi Masyarakat Kwala Langkat.Berantas Mafia Tanah, Lindungi Hutan.Polisi Diduga Takut Tangkap Mafia Hutan.Tanah untuk Rakyat, Usir Mafia dari Tanah Kami dan Jangan Rusak Hutan Kami”.
Masyarakat Kwala Langkat masih resah, mafia tanah masih berkeliaran disekitar desa, mereka yang seharusnya ditangkap karena membantai lingkungan dan membahayakan pemukiman, malah Ilham yang ditangkap dengan dalih perusakan.
“Mungkin aneh. Masyarakat yang menjaga hutan dari kerusakan, kok ditangkap. Mafia yang seharusnya dihukum malah dilindungi. Kami diteror karena menjaga alam. Di mana polisi seharusnya menjadi pengayom kami. Hutan lindung ini akan tetap kami pertahankan, meskipun harus menumpahkan darah,” celetuk seorang warga Desa Kwala Langkat di tengah situasi aksi.
Memang hingga hari ini, masyarakat Desa Kwala Langkat kerap menghadapi teror, tak jarang mereka harus berhadapan dengan eskavator-eskavator yang siap membabat hutan mangrove dengan cara-cara kotor. Sebelumnya ada dua aktivis lain yang bernasib seperti Ilham Mahmudi yang berakhir dibui, mereka adalah Taufik dan Syafii.
Harusnya, kepolisian mengapresiasi Ilham sebagai benteng kerusakan alam yang dilakuakan oleh oknum mafia nakal, kepolisian sebagai salah satu unsur penegak hukum harusnya menjunjung tinggi aturan hukum dan tak memihak pada tindakan ilegal.