Geograph.id – Universitas Muhammadiyah Malang telah diakui oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional RI sebagai kampus yang berlabel SDGs. Hal itu tak lepas dari sederet manfaat sudah diberikan kepada masyarakat, seperti misalnya di bidang pangan dan energi.
UMM juga menjadi perguruan tinggi swasta pertama di Jawa Timur yang mendapatkan rekognisi sebagai kampus berlabel SDGs. Bahkan sampai saat ini, hanya ada 40 kampus dari 4000-an perguruan tinggi di Indonesia yang mendapat rekognisi tersebut. Namun, Apakah label kampus SDGs sudah sesuai dengan aksi yang dilakukan oleh masyarakat di dalamnya?
Faktanya, masih banyak ditemukan penggunaan plastik dan pembuangan sampah sembarangan di lingkungan kampus, baik oleh dosen maupun mahasiswa. Hal ini menunjukkan kesenjangan antara program yang dicanangkan dengan penerapannya di lapangan.
Penggunaan plastik yang berlebihan dan pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya masih marak terjadi di UMM, baik oleh dosen maupun mahasiswa. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya sampah plastik sisa makanan dan puntung rokok yang ditemukan di sekitar kampus.
Kondisi ini menjadi tamparan keras bagi UMM sebagai kampus yang mengusung label SDGs. UMM harus melakukan evaluasi dan langkah korektif untuk memastikan program-program yang dicanangkan selaras dengan perilaku sivitas akademika, sehingga UMM dapat benar-benar berkontribusi dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan.