KLHK Prioritaskan Sistem Pemantauan Hutan Upaya Atasi Ancaman Deforestasi Dalam Forum PBB

 

Wamen LHK di Forum PBB untuk Hutan. Gambar oleh: Antara

Geograph.id – Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong memaparkan pentingnya sistem pemantauan hutan atau forest monitoring system untuk manajemen hutan. Pentingnya memaksimalkan sistem pemantauan hutan ini bertujuan untuk memastikan adanya peningkatan upaya konservasi dan meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat. Hal ini disampaikan di sela-sela Forum PBB untuk Hutan United Nations Forum on Forest (UNFF) yang diadakan di New York, Amerika Serikat, Jumat/5/2024 lalu.

“Sistem pemantauan hutan memiliki peran vital dalam manajemen hutan berkelanjutan dengan menyediakan pembuat kebijakan dengan wawasan untuk menjaga hutan, menangani perubahan iklim dan meningkatkan mata pencaharian,” ujar Alue

Dalam forum tersebut Alue mengatakan dengan meningkatkan sistem pemantauan yang kuat akan memberi beberapa manfaat yang dapat dicapai. Manfaat yang dimaksud adalah seperti  mendapatkan data yang lebih akurat agar pembuat kebijakan dapat lebih memprioritaskan aksi konservasi, alokasi sumber daya hutan yang lebih efektif, dan untuk mengevaluasi dampak dari kebijakan tersebut.

Sistem pemantauan hutan yang kuat akan mendorong transparansi sekaligus akuntabilitas melalui keterlibatan berbagai pemangku kepentingan. Sistem pemantauan itu juga akan mampu menghadirkan sistem peringatan dini dalam menghadapi berbagai ancaman termasuk deforestasi, degradasi hutan, dan karhutla.

“Diharapkan ini dapat meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya sistem pemantauan hutan yang kuat dalam menilai kesehatan hutan, mendeteksi ancaman terhadap hutan dan membimbing pembuatan kebijakan berbasis data untuk praktik terbaik manajemen hutan berkelanjutan,” jelas Alue.

Alue juga berharap para peserta mau berbagi pengalaman untuk mendukung pengembangan dan peningkatan sistem pemantauan hutan.

 Dalam forum yang sama, Plt. Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) KLHK Agus Justianto, menyatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir data sistem pemantauan hutan memperlihatkan tingkat deforestasi Indonesia mengalami penurunan yang signifikan.

“Melalui proses panjang meningkatkan sistem pemantauan hutan, Indonesia sekarang bisa memperlihatkan data terkait tren deforestasi yang bisa dijelaskan secara sains. Dalam tiga dekade terakhir tingkat deforestasi Indonesia telah menurun secara signifikan,” ujar Agus.

Agus mengatakan, tingkat deforestasi secara netto turun 8,4 persen di antara periode 2021-2022, dengan penurunan deforestasi secara bruto mencapai 14,1 persen. Deforestasi netto Indonesia dalam periode 2021 -2022 adalah sebesar 104 ribu hektare, dibanding pada 2020-2021 sebesar 113,5 ribu hektare.

Hasil tersebut didapatkan dari pengolahan data menggunakan penginderaan jauh maupun pemeriksaan di lapangan atau kombinasi keduanya. Indonesia sendiri telah memiliki Sistem Monitoring Hutan Nasional (SIMONTANA) untuk mengetahui kondisi hutan saat ini.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *