Geograph.id – Banjir dan tanah longsor melanda Kabupaten Luwu, pada Jumat (3/5) pukul 01.17 WITA. Sebanyak 13 Kecamatan di Kabupaten Luwu terdampak antara lain Kecamatan Suli, Kecamatan Latimojong, Kecamatan Suli Barat, Kecamatan Ponrang Selatan, Kecamatan Ponrang, Kecamatan Bupon, Kecamatan Larompong, Kecamatan Larompong Selatan, Kecamatan Bajo, Kecamatan Bajo Barat, Kecamatan Kamanre, Kecamatan Belopa dan Kecamatan Belopa Utara.
Selain Kabupaten Luwu, ada enam kabupaten lain yang juga terdampak oleh bencana banjir dan tanah longsor, yaitu Sidrap, Luwu Utara, Soppeng, Enrekang, Sinjai, dan Wajo. Tercatat, dari total 15 korban meninggal, 13 diantaranya berasal dari Kabupaten Luwu, sementara masing-masing satu korban berasal dari Wajo dan Sidrap.
Menurut laporan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB per hari Sabtu, 5 Mei, pukul 15.00 WIB, terdapat 3.479 kepala keluarga (KK) yang terdampak. Sebanyak 115 individu mengungsi di beberapa tempat, termasuk 60 orang di Masjid Pajang, 30 orang di Masjid Malela, dan 25 orang di Masjid Cimpu, sementara sisanya mencari tempat perlindungan di rumah kerabat.
Hasil penilaian cepat menyatakan kerugian materiil termasuk 211 rumah yang hanyut atau rusak parah, dan 3.268 rumah terendam. Sejumlah pagar perkantoran juga mengalami kerusakan, seperti pagar Kantor Urusan Agama (KUA) di Kecamatan Suli, pagar Sekolah Dasar Negeri (SDN) Lindajang di Kecamatan Suli Barat, pagar SDN di Kecamatan Suli, serta pagar Madrasah Tsanawiyah (MTs) Suli di Kecamatan Suli. Beberapa jalan dan jembatan juga terputus karena terkena dampak banjir dan tanah longsor.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulawesi Selatan (Sulsel) menyatakan bahwa kemungkinan penyebab banjir bandang dan longsor di Kabupaten Luwu adalah penurunan signifikan tutupan hutan di Gunung Latimojong. Menurut Walhi Sulsel, hal ini disebabkan oleh aktivitas tambang emas yang meluas di wilayah Latimojong.
“Jika kita melihat asal mula bencana itu, terletak di daerah pegunungan Latimojong. Wilayah ini sebenarnya terbagi antara dua kabupaten, Luwu dan Enrekang, sehingga inti dari tragedinya dapat dipastikan berada di sana,” ujar Muhammad Al Amien, Direktur Eksekutif Walhi Sulsel, seperti yang dilaporkan oleh detikSulsel pada hari Minggu, 5 Mei.