Geograph.id – Serial fiksi ilmiah horror Netflix “Nightmares and Daydreams” karya Joko Anwar telah selesai ditayangkan dengan total 7 episode pada 14 Juni 2024. Setelah sukses dengan beberapa judul film horor, Joko Anwar kini melebarkan karirnya sebagai storyteller dengan memproduksi seri fiksi ilmiah berjenis antologi yang menampilkan cerita berbeda di setiap episodenya.
Terlepas dengan kekurangannya dalam segi CGI dan plot, seri tersebut sukses membawa angin segar dalam kancah perfilman Indonesia. Fi;m ini mengangkat mitologi populer mengenai peradaban dalam perut bumi, Agartha. Banyak teori dan perdebatan mengenai kebenaran “Bumi berongga” ini yang hingga saat ini juga belum dikonfirmasi kebenarannya.
Asal-Usul Teori Agartha
Agartha adalah nama sebuah kota atau kerajaan mistis yang sering disebut dalam literatur Perancis abad ke-19. Kota ini dikenal melalui legenda Hindu dan Buddha sebagai Agarti, serta muncul kembali pada awal abad ke-20 melalui cerita seorang petualang di Mongolia. Agartha sering dihubungkan dengan mitos dunia yang hilang seperti Hyperboreoi, Atlantis, dan Lemuria, serta teori bumi berongga dari tahun 1950-an. Dalam budaya Zaman Baru, Agartha dipandang sebagai pusat pengetahuan dan kekuatan gaib yang ideal.
Menurut National Geographic, Agartha dikenal sebagai peradaban maju yang berada di dalam bumi, menginspirasi berbagai karya hingga kini. Mitologi Agartha dapat ditelusuri kembali ke India pra-Hindu, yang konon dihuni oleh manusia super dengan kebijaksanaan dan pengetahuan luar biasa. Kisah tentang Agartha pertama kali ditulis oleh Saint-Yves pada tahun 1886 dalam risalah “Mission de l’Inde en Europe”.
Saint-Yves
Saint-Yves adalah orang pertama dari dunia barat yang mencatat tentang Agartha dalam risalahnya pada tahun 1886, “Mission de l’Inde en Europe”. Dalam tulisannya, ia dipengaruhi oleh individu yang memiliki pengetahuan mendalam tentang tradisi Timur. Termasuk seseorang yang mengklaim sebagai Pangeran Hardjij Scharipf dan mengajarkannya bahasa Sanskerta.
Namun, Saint-Yves kemudian tampak khawatir bahwa ia telah mengungkap terlalu banyak informasi. Kemudian ia berusaha untuk menghancurkan semua salinan bukunya yang membahas Agartha. Buku ini kemudian tidak diterbitkan kembali hingga tahun 1910, setahun setelah kematiannya.
Meskipun Saint-Yves adalah yang pertama dari dunia Barat yang menulis tentang Agartha, kisah-kisah serupa muncul kemudian. Pada tahun 1908, sebelum risalah Saint-Yves diterbitkan kembali, Willis George Emerson dari Amerika menerbitkan “The Smoky God”.
Emerson mengklaim bahwa bukunya berisi kisah nyata seorang pelaut Norwegia bernama Olaf Jansen, yang mengaku telah memasuki kerajaan bawah tanah di Kutub Utara dan tinggal di sana selama dua tahun.
Meskipun “The Smoky God” tidak langsung menyebut tempat yang dikunjungi Jansen sebagai Agartha atau Shambhala, nama-nama ini kemudian digunakan oleh penulis berikutnya untuk merujuk pada kerajaan bawah tanah yang dijelaskan dalam karya Emerson, seperti yang dijelaskan oleh Grey.
Disebut Sebagai Persembunyian Ya’juj dan Ma’juj
Bahasan Agartha sebagai tempat dikurungnya Ya’juj dan Ma’juj memang cukup populer bagi penggemar teori konspirasi. Ditambah ada beberapa dalil yang bisa digunakan sebagai dasar dari teori konspirasi tersebut. Misalnya pada Alquran pada surat Al Kahf ayat 95-97 yang memiliki arti
Dzulkarnain berkata: “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka,berilah aku potongan-potongan besi”. Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: “Tiuplah (api itu)”. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas itu”. Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.
Ayat ini banyak ditafsirkan mengacu pada kehidupan di dalam bumi yang tidak diketahui manusia, yang kemudian mendorong munculnya teori-teori tentang tempat yang tidak diketahui manusia seperti Agartha. Teori konspirasi menyebut bahwa makhluk pembawa kehancuran, Ya’juj dan Ma’juj dikurung pada sebuah benteng di perut bumi (agartha). Namun kembali lagi, tak ada yang benar-benar mengetahui kebenarannya selain Allah SWT.
Terbantahkan Oleh Sains
Meski dengan banyaknya literatur yang menyebutkan adanya Agartha, sains tetap menolak keras teori tersebut. Para peneliti geologi, berdasarkan penelitian terbaru, menjelaskan bahwa dari permukaan Bumi hingga intinya, jaraknya adalah sekitar 6.371 kilometer. Mereka menegaskan bahwa Bumi tidaklah kosong, melainkan memiliki struktur yang padat dan berlapis-lapis.
Pada tahun 2013, peneliti geologi juga mengungkapkan bahwa inti Bumi memiliki suhu mencapai 6.000 derajat Celsius, lebih panas daripada permukaan Matahari yang terkenal sangat panas dan tidak mungkin untuk menopang kehidupan. Informasi ini menambah pemahaman bahwa kondisi di dalam Bumi tidaklah mendukung kehidupan seperti yang dijelaskan dalam teori-teori seperti Agartha.
Teori mengenai Agartha ini memang sangat menarik untuk dibahas sambil makan cemilan di waktu senggang. Kendati dari banyaknya media yang ingin membuktikan keberadaan Agartha, tetap saja literatur mengenai teori ini hanya bersifat sebagai konspirasi yang mana tidak untuk dipercaya apalagi ditelan mentah-mentah.