
Geograph.id — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini mengenai potensi banjir rob yang diprediksi terjadi pada awal Mei 2025. Kenaikan permukaan air laut akibat fenomena alam menjadi penyebab utama, dan masyarakat pesisir diminta untuk meningkatkan kewaspadaan guna meminimalisir risiko.
Apa Itu Banjir Rob dan Mengapa Terjadi?
Banjir rob merupakan peristiwa naiknya air laut yang menggenangi daratan pesisir. Fenomena ini disebabkan oleh gaya gravitasi bulan, angin kencang, dan tekanan udara rendah yang memicu naiknya permukaan laut. Genangan dapat terjadi secara tiba-tiba dan menimbulkan dampak serius bagi masyarakat di wilayah pesisir.
Dampak Banjir Rob Terhadap Masyarakat Pesisir
BMKG menjelaskan bahwa banjir rob dapat merusak infrastruktur, mengganggu aktivitas ekonomi seperti nelayan dan pedagang, serta mengancam keselamatan jiwa. Oleh karena itu, masyarakat diminta tidak mengabaikan potensi bahaya yang mungkin timbul dari peristiwa ini.
“Masyarakat dihimbau untuk selalu waspada serta siaga untuk mengantisipasi dampak dari pasang maksimum dan selalu update informasi prediksi yang secara berkala di keluarkan oleh BMKG” kata Eko Prasetyo selaku Direktur Meteorologi Maritim BMKG dilansir dari BMKG
Wilayah yang Berpotensi Terdampak
Beberapa wilayah pesisir di Indonesia berpotensi mengalami dampak langsung, termasuk kawasan pantai utara Pulau Jawa, Kalimantan Selatan, Sumatera bagian timur, hingga sebagian wilayah di Nusa Tenggara. Masyarakat di area tersebut diimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan sejak dini.
Langkah Mitigasi yang Dianjurkan oleh BMKG
Untuk mengurangi dampak banjir rob, BMKG merekomendasikan langkah-langkah berikut:
- Memantau peringatan dini dan informasi cuaca dari BMKG secara berkala.
- Menghindari aktivitas di pesisir saat air laut pasang maksimum.
- Memindahkan barang berharga ke tempat yang lebih tinggi.
- Berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan lembaga penanggulangan bencana.
Siaga Tanpa Panik: Pentingnya Kesiapan Kolektif
BMKG menekankan pentingnya sikap tenang namun siaga. Edukasi bencana dan kesiapan masyarakat menjadi bagian krusial dalam menghadapi banjir rob. Masyarakat diimbau untuk mengikuti panduan keselamatan dan menularkan informasi ini kepada keluarga dan lingkungan sekitar. Banjir ini bukan sekadar fenomena musiman, tetapi juga bagian dari dampak nyata perubahan iklim global. Oleh karena itu, membangun budaya sadar bencana dan adaptasi terhadap perubahan iklim menjadi prioritas jangka panjang bagi masyarakat pesisir Indonesia.