
Geograph.id – Di balik pesona kotanya yang asri, Malang masih bergelut dengan persoalan sampah yang mengancam lingkungan mulai dari sungai yang tercemar hingga tumpukan limbah di sudut-sudut wisata. Keresahan yang timbul di benak beberapa orang mewujudkan sebuah komunitas yang siap berdedikasi untuk lingkungan.
Trash Hero Tumapel hadir sebagai komunitas peduli lingkungan yang tak hanya aktif membersihkan sampah secara rutin, tetapi juga mengedukasi masyarakat untuk menciptakan perubahan berkelanjutan. Dengan semangat kolaborasi, mereka membuktikan bahwa aksi kecil bisa membawa dampak besar bagi kota tercinta.
Mari Mengenal Trash Hero: Gerakan Global yang Menyentuh Hingga Malang
Trash Hero World adalah gerakan lingkungan internasional yang berawal di Swiss pada tahun 2013 dan telah berkembang ke 15 negara dengan berbagai cabang (disebut branch untuk tingkat negara dan chapter untuk wilayah lokal). Gerakan ini mengusung slogan “We Clean, We Educate, We Change”. Slogan tersebut mencerminkan tiga pilar utamanya: aksi bersih-bersih, edukasi lingkungan, dan perubahan kebijakan. Di Indonesia sendiri sudah terdapat banyak chapter termasuk Trash Hero Tumapel di Malang, yang resmi dideklarasikan pada 4 Februari 2018.
Trash Hero Tumapel lahir dari keresahan warga Malang seperti beberapa seniman dan pegiat lingkungan akan masalah sampah yang semakin mengancam lingkungan. Pada hari deklarasinya, terkumpul sekitar 40 orang yang sepakat untuk bergerak bersama membersihkan kota dan mengedukasi masyarakat. Hingga saat ini, Trash Hero Tumapel yang diketuai oleh Coqi Basil dengan semangat kolaborasi, mereka mengadakan aksi rutin seperti bersih-bersih (Clean Up), kampanye pengurangan plastik, serta workshop daur ulang di beberapa institusi pendidikan. Komunitas ini terus menginspirasi banyak orang untuk turut serta dalam menjaga kebersihan dan keindahan Malang.
Trash Hero Tumapel: Dari Keresahan Menjadi Aksi Nyata
Saat ini, relawan Trash Hero Tumapel didominasi oleh mahasiswa dari berbagai kampus di Malang yang memiliki semangat tinggi untuk berkontribusi pada lingkungan. Komunitas ini juga menjalin hubungan baik dengan kelompok lingkungan lain di Malang untuk memperluas dampak positif mereka. Namun, perjalanan mereka tidak selalu mulus. Di awal deklarasi pada 2018, tantangan terbesar adalah memperkenalkan Trash Hero Tumapel kepada masyarakat luas. Mereka harus bekerja ekstra melalui media sosial, aksi langsung di lapangan, dan kolaborasi dengan komunitas lain agar eksistensi mereka dikenal dan didukung.
Seiring berjalannya waktu, tantangan baru muncul. Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan mulai berkurang, dan jumlah relawan aktif pun menurun drastis. Banyak yang awalnya antusias, akhirnya mundur karena kesibukan pribadi atau kurangnya motivasi. Namun, tim inti Trash Hero Tumapel pantang menyerah. Beberapa strategi untuk menangani hal ini antara lain dengan menjalin hubungan baik dengan pihak eksternal seperti mahasiswa. Selain itu, kegiatan Clean Up yang diadakan secara rutin dan mengajak masyarakat hingga mahasiswa ikut dalam kegiatan Clean Up, membuka kesempatan magang, hingga kegiatan edukasi di berbagai instansi pendidikan. Komitmen mereka inilah yang membuat organisasi ini tetap bertahan hingga saat ini.
Tantangan lain datang dari kebijakan pemerintah yang belum kuat dalam mengatur pengelolaan sampah. Minimnya regulasi dan fasilitas pendukung seringkali menghambat upaya mereka. Namun, Trash Hero Tumapel tidak berhenti berjuang. Mereka aktif mendorong dialog dengan pemerintah dan stakeholders lainnya untuk menciptakan solusi berkelanjutan. Meski berat, perjalanan mereka membuktikan bahwa perubahan bisa dicapai dengan konsistensi dan kolaborasi. Mereka tetap optimis bahwa setiap langkah kecil akan membawa Malang menuju lingkungan yang lebih bersih dan hijau.
Kondisi Pengelolaan Sampah di Malang
Malang masih menghadapi masalah mendasar dalam pengelolaan sampah, di mana banyak wilayah belum memiliki Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang memadai. Sebagai contoh, di Kampung 3D sebelumnya tidak ada layanan angkutan sampah. Sangat miris sehingga warga mengembangkan sistem mandiri di mana setiap keluarga membawa sampah mereka sendiri ke titik pengumpulan. Kondisi ini diperparah dengan peraturan operasional TPS yang mewajibkan lokasi harus sudah bersih sebelum pukul 11 siang. Hal ini seringkali menyulitkan proses pengelolaan sampah yang ideal. Selain itu, kebijakan pemerintah kota terkait plastik sekali pakai masih belum tegas. Sementara Ruang Terbuka Hijau (RTH) di berbagai wilayah Malang juga terbatas, memperparah masalah lingkungan yang ada.
Dampak dan Respon Komunitas terhadap Kondisi Lingkungan Malang
Keterbatasan infrastruktur pengelolaan sampah ini memicu respons kreatif dari masyarakat dan komunitas seperti Trash Hero Tumapel. Di daerah tanpa TPS, muncul inisiatif warga untuk mengelola sampah secara mandiri. Sementara komunitas lingkungan giat melakukan edukasi pengurangan sampah plastik. Namun, minimnya RTH dan lemahnya regulasi plastik sekali pakai tetap menjadi tantangan struktural yang membutuhkan solusi sistematis. Kondisi ini menunjukkan bahwa selain upaya komunitas, diperlukan kebijakan pemerintah yang lebih progresif dan infrastruktur pendukung yang memadai. Semua itu guna menciptakan perubahan berkelanjutan dalam pengelolaan lingkungan di Malang.
Terus Konsisten Untuk Merawat Lingkungan
Trash Hero Tumapel secara konsisten mengadakan kegiatan Clean Up lingkungan sebanyak dua kali dalam sebulan. Lokasi clean up dipilih berdasarkan data akumulasi sampah, dengan memprioritaskan area yang memiliki volume sampah tertinggi seperti bantaran sungai, taman kota, dan kawasan wisata. Setelah proses pembersihan, relawan tidak hanya mengumpulkan sampah, tetapi juga melakukan pemilahan dan pendataan merek kemasan yang ditemukan. Data ini penting untuk mengidentifikasi perusahaan apa saja yang paling banyak menyumbang polusi, sehingga bisa menjadi bahan advokasi ke pihak terkait. Sampah yang telah terkumpul kemudian diangkut ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) terdekat.
Namun, kegiatan ini tidak lepas dari kendala teknis. Salah satu tantangan utama adalah kondisi di mana TPS harus steril pada pukul 11 siang. Hal ini seringkali menyulitkan relawan karena waktu Clean Up yang biasanya dimulai pagi hari harus bergegas menyelesaikan pengangkutan sampah sebelum tenggat waktu tersebut. Kendala ini membuat Trash Hero Tumapel harus lebih cermat dalam mengatur jadwal dan koordinasi dengan petugas kebersihan setempat. Meski demikian, komunitas ini tetap berkomitmen untuk terus berkontribusi membersihkan lingkungan sembari mencari solusi berkelanjutan untuk masalah logistik pengelolaan sampah ini.
Aksi Kecil, Dampak Besar
Di tengah segala keterbatasan mulai dari minimnya fasilitas pengelolaan sampah hingga tantangan menjaga konsistensi relawan, Trash Hero Tumapel tetap menjadi bukti nyata bahwa perubahan lingkungan dimulai dari aksi kolektif yang tak kenal lelah. Setiap kantong sampah yang mereka pungut, setiap edukasi yang mereka sebarkan, dan setiap kolaborasi yang mereka bangun bukan sekadar angka statistik, melainkan pondasi untuk Malang yang lebih bersih dan berkelanjutan. Seperti semboyan mereka, “We Clean, We Educate, We Change”. Komunitas ini terus mengingatkan kita semua: merawat bumi bukan pilihan, melainkan tanggung jawab bersama yang harus diwujudkan dengan tindakan, bukan sekadar kata-kata.