
Geograph.id – Universitas Muhammadiyah (UM) Maumere menawarkan sesuatu yang menarik di tengah masalah uang kuliah tunggal (UKT) PTN yang mahal. Meskipun kampus ini termasuk swasta, UKT cukup murah dan bahkan dapat dibayar dengan hasil bumi.
Rektor UM Maumere, Erwin Prasetyo, menjelaskan bahwa alasan mahasiswa diizinkan untuk membayar pakai hasil bumi adalah bahwa kondisi ekonomi rata-rata mahasiswa adalah menengah ke bawah.
Memang, UM Maumere telah menawarkan skema cicilan untuk membantu siswa yang menghadapi kesulitan pembayaran. Namun metode ini masih belum efektif.
Mahasiswa dapat membayar biaya kuliah mereka dengan hasil bumi dan komoditas seperti kemiri, kelapa, pisang, ikan, dll. Sebelum pandemi Covid-19, kampus telah melakukan pembayaran UKT menggunakan hasil panen tersebut sejak 2018.
Bagaimana sejarah Universitas Muhammadiyah Maumere menggunakan hasil bumi sebagai pembayaran kuliah?
Perkembangan UM Mauere Menerapkan Pembayaran UKT melalui Hasil Bumi.
Rektor UM Maumere, Erwin Prasetyo, mengatakan bahwa ide untuk menggunakan hasil bumi untuk membayar biaya kuliah dimulai ketika seorang mahasiswi mengalami kesulitan membayar biaya kuliahnya karena hasil kebun orang orang tuanya sulit dijual.
Erwin menjelaskan bahwa kebiasaan masyarakat setempat, terutama mereka yang tinggal di pedesaan, menunggu orang dari kota untuk membeli hasil panen mereka , sehingga mereka dapat mendapatkan uang.
“Jadi kalau tidak ada orang kota yang ke desa, ya belum terjual. Solusinya kita (arahkan) untuk membawa hasil pertaniannya ke kampus,” jelas Erwin saat, Minggu (26/5/2024).
Ia menceritakan bahwa seorang mahasiswi bernama Santi membawa pisang dan kelapa ke kampus dengan truk kayu.
Untuk membayar biaya kuliah, hasil panen kemudian diberikan kepada dosen, keluarga, dan sejarawan lain. Banyak siswa yang memiliki nasib yang sama mulai menawarkan hasil panen mereka kepada kampus.
“Dari situ terus berlanjut. Ada pelajar yang membawa alpukat, ada yang setor kain tenun ikat. Ada juga yang setor batu merah, kebetulan orang tua juga pengrajin. Kebetulan kita juga saat itu sedang membangun, jadi kita tidak mengeluarkan uang dari luar,” kata Erwin.
Pembayaran UKT menggunakan hasil panen saat ini
Untuk membayar UKT tersebut, UM Maumere sudah menerapkan sistem barter di semua jurusan dan semester. Pihak kampus akan memilih dan memilih barang yang layak untuk diterima ketika mahasiswa membawa hasil bumi mereka.
Untuk menentukan harga, barang-barang yang telah dipilih tersebut kemudian ditimbang dan berat bersihnya digunakan.
“Misalnya ada yang membawa kemiri satu karung, itu kita lihat lagi karena kadang mungkin ada tanah, batu, itu harus dibersihkan, atau mungkin ada kemiri yang kosong kita sisihkan. Jadi ketika ditimbang, keadaannya memang kemiri yang bagus. Kalau ada yang kurang bagus kita kembalikan,” ungkapnya.
Selanjutnya, agar mahasiswa dapat membayar UKT mereka, pihak kampus akan membantu menjual hasil bumi tersebut. Erwin mengatakan bahwa ini bertujuan untuk membantu mahasiswa membayar biaya kuliah.
Erwin mengatakan bahwa sejauh ini pemikiran ini telah memberikan harga yang tepat bagi mahasiswa yang ingin membayar UKT melalui barter.
Erwin menjelaskan, “Misalnya, ikan, jika tidak sedang musim, satu kresek besar harganya Rp 300.000, tetapi jika sedang musim ikan, harganya bisa sangat murah sampai Rp 5.000 di pasaran. Kita pakai harga yang tinggi. Nah ketika sedang musim gugur, kita gunakan harga yang bagus dan di atas harga pasar.”
Kampus akan Mengolah Hasil Bumi dari Mahasiswa
Menurut rencana, UM Maumere akan menggunakan skema UMKM untuk menjaga harga beli dari hasil panen tersebut. Nantinya, pelaku UMKM dari kampus akan membeli dan mengolah hasil bumi yang disetorkan oleh mahasiswa.
Erwin berharap harga beli hasil bumi mahasiswa akan lebih stabil dan tidak khawatir akan leher harga pasar jika UMKM tersebut terus beroperasi.
Sejak tahun 2023, usaha kecil dan menengah (UMKM) untuk mengelola hasil bumi ini telah dimulai.
“Kita punya mesin pemecah kemiri. Awal awal bagus, satu hari bisa 2,5-5 ton, tapi sementara kita berhenti dulu karena ada masalah internal dan modalnya besar,” katanya.
Erwin mengatakan bahwa UM Maumere akan memulai rencana UMKM tersebut dari usaha bermodal kecil seperti pisang dan kelapa, meskipun saat ini masih terhenti.
Selain itu, hasil bumi yang telah diolah dapat bertahan lebih lama daripada dijual dalam kondisi mentah atau belum diolah dan memiliki harga jual yang tinggi di pasar.