Gletser Mencair dengan Kecepatan Rekor, Dunia Kehilangan 450 Gigaton Es dalam Setahun

Gletser global mencair di Antartika
Gletser Thwaites, Antartika Barat. Gambar: Unsplash

Geograph.id – Pencairan gletser global terus mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Dalam wawancara dengan France 24 English, Michael Zemp, Direktur World Glacier Monitoring Service, menyatakan bahwa gletser kini mencair lebih cepat dari sebelumnya. 

“Hal yang cukup mengkhawatirkan adalah meningkatnya jumlah es yang mencair dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Setiap tahun, pencairan ini menyumbang kenaikan permukaan laut sekitar 1 mm. Ini memang angka kecil, tetapi dampaknya sangat besar,” ujar Zemp. Pada tahun 2024 saja, dunia telah kehilangan 450 gigaton massa gletser.

Dampak Gletser Mencair: Kenaikan Permukaan Laut dan Krisis Air Global

Laporan UNESCO yang dikutip Katadata.co.id menyebut tiga tahun terakhir jadi rekor hilangnya massa gletser terbesar. Dampaknya jelas terasa, salju di Gunung Fuji terlambat muncul hampir sebulan, sementara Sungai Colorado dilanda kekeringan sejak 2000.

Dari Arktik hingga Alpen, Amerika Selatan hingga Dataran Tinggi Tibet, pencairan gletser berlangsung semakin cepat dan dramatis. Para ilmuwan mengaitkan fenomena ini dengan pembakaran bahan bakar fosil yang mempercepat pemanasan global. Menurut Katadata, sekitar 1,1 miliar orang yang tinggal di daerah pegunungan berisiko terdampak, termasuk menghadapi banjir dan risiko bencana alam lainnya.

Meski bumi masih menyimpan cadangan air tawar yang melimpah, upaya untuk melestarikannya bagi generasi mendatang mungkin sudah terlambat. Dalam enam tahun terakhir, lima di antaranya mencatat rekor pencairan gletser tercepat sepanjang sejarah, menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO).

Bahkan, periode 2022 hingga 2024 tercatat sebagai masa kehilangan gletser terbesar dalam terbesar dalam tiga tahun berturut-turut. “Kita sedang menyaksikan perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada gletser,” ujar Sulagna Mishra, pejabat ilmiah di WMO, dilansir dari laman resmi United Nations. Ia menambahkan bahwa dalam banyak kasus, kerusakan ini kemungkinan besar sudah tidak bisa dipulihkan.

UNESCO dan PBB Luncurkan Aksi Nyata

Retno Marsudi, Utusan Sekjen PBB untuk isu air, turut menyoroti peristiwa ini dalam acara Forum Air Indonesia. “Gletser telah kehilangan 900 gigaton air dalam 50 tahun terakhir. Ini adalah kehilangan terbesar dalam sejarah modern dan berdampak langsung pada ketersediaan air bagi jutaan orang,” ungkapnya, dikutip dari CNN.

Sebagai respons, UNESCO telah mengalokasikan dana sebesar 12 juta dolar AS untuk Asia Tengah guna membangun sistem peringatan dini banjir di berbagai daerah pegunungan berpenduduk padat. Selain itu, organisasi ini juga memimpin proyek penelitian mengenai potensi menara air di Kilimanjaro sebagai solusi jangka panjang menghadapi krisis air akibat mencairnya gletser. 

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *