Ilustrasi dari mikroplastik. Gambar: Shutterstock
Geograph.id – Di balik kehidupan modern yang serba praktis, ada suatu ancaman kecil yang tak kasat mata namun berdampak besar bagi kehidupan, mikroplastik. Partikel plastik berukuran kurang dari 5 milimeter ini kini ditemukan di hampir semua ekosistem, dari lautan yang luas hingga udara yang kita hirup sehari-hari. Tanpa disadari, mikroplastik telah menjadi bagian dari rantai makanan manusia dan berkontribusi pada berbagai masalah lingkungan serta kesehatan.
Dari Plastik Besar Menjadi Polusi Tak Terlihat
Mikroplastik berasal dari dua sumber utama. Pertama, mikroplastik primer, yaitu partikel plastik kecil yang sudah diproduksi dalam ukuran mikro, seperti dalam kosmetik, pasta gigi, dan serat sintetis dari pakaian. Kedua, mikroplastik sekunder, yang terbentuk dari pecahan plastik besar seperti botol, kantong plastik, dan kemasan makanan yang terurai seiring waktu karena paparan sinar matahari, gelombang laut, dan faktor lingkungan lainnya.
Penelitian terbaru dari medcom.id menyatakan perkiraan global pertama terhadap jumlah mikroplastik didasar laut, ada sekitar 8-14 juta ton mikroplastik. Jumlah ini 35 kali lipat dari perkiraan berat polusi plastik di permukaan laut.
Mikroplastik di Laut, Ancaman bagi Kehidupan Biota
Lautan menjadi salah satu ekosistem yang paling terdampak oleh mikroplastik. Ikan, kerang, dan plankton sering kali menelan partikel ini karena ukurannya yang kecil dan sulit dibedakan dari makanan alami mereka. Sebuah studi menemukan bahwa lebih dari 114 spesies laut telah tercemar mikroplastik, yang akhirnya masuk ke dalam rantai makanan manusia.
Selain mengganggu sistem pencernaan hewan laut, mikroplastik juga mengandung zat kimia berbahaya seperti bisfenol A (BPA) dan ftalat, yang dapat menyebabkan gangguan hormon dan masalah reproduksi pada hewan maupun manusia yang mengonsumsinya.
Dampak Mikroplastik di Darat dan Udara
Tidak hanya di laut, mikroplastik juga tersebar luas di daratan dan udara. Partikel ini berasal dari abrasi ban kendaraan, serat pakaian sintetis yang lepas saat pencucian, serta sampah plastik yang terurai di tanah. Dalam sebuah studi yang dilakukan di berbagai kota besar, mikroplastik bahkan ditemukan dalam air hujan dan udara yang kita hirup.
Sebuah laporan dari World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa mikroplastik yang terhirup bisa masuk ke paru-paru dan berpotensi menyebabkan peradangan serta gangguan pernapasan. Beberapa penelitian juga mengaitkan mikroplastik dengan gangguan sistem imun dan potensi resiko kanker.
Bagaimana Mengurangi Polusi Mikroplastik?
Meskipun mikroplastik sudah menyebar luas, masih ada beberapa cara untuk mengurangi dampaknya:
· Mengurangi Penggunaan Plastik Sekali Pakai
Pakai Beralih ke produk ramah lingkungan seperti tas kain, botol minum reusable, dan peralatan makan berbahan alami.
· Memilih Pakaian Berbahan Alami
Serat sintetis dari pakaian seperti poliester dan nilon melepaskan mikroplastik saat dicuci. Menggunakan bahan alami seperti katun atau linen dapat membantu mengurangi pelepasan mikroplastik.
· Menggunakan Filter pada Mesin Cuci
Beberapa jenis filter bisa menangkap serat mikroplastik sebelum limbah air mencemari sungai dan laut.
· Menghindari Produk dengan Mikroplastik
Beberapa kosmetik dan pasta gigi mengandung mikroplastik dalam bentuk microbeads. Periksa label produk sebelum membeli.
· Mendukung Kebijakan dan Riset
Mendorong regulasi yang lebih ketat tentang penggunaan plastik serta mendukung penelitian untuk menemukan solusi pengganti plastik.
Mikroplastik mungkin berukuran kecil, tetapi dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan sangat besar. Tanpa tindakan nyata, pencemaran ini akan terus meningkat dan mengancam ekosistem serta kehidupan manusia. Saatnya kita lebih sadar dan berkontribusi dalam mengurangi jejak plastik agar bumi tetap sehat bagi generasi mendatang.