Ilustrasi sampah dan polusi udara. Gambar: Shutterstock
Geograph.id – Lebaran Idulfitri merupakan suatu momen yang sangat dinantikan oleh berbagai kalangan masyarakat, terutama masyarakat di Indonesia. Tradisi mudik, silaturahmi, berbagi THR serta menghidangkan berbagai makanan khas menjadikan perayaan ini sebagai hari yang penuh suka cita. Namun, ketika lebaran berakhir ada satu hal yang sering luput dari perhatian kita yaitu dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dari meningkatnya produksi sampah hingga pemborosan energi, perayaan hari Lebaran yang tidak ramah lingkungan bisa membawa konsekuensi serius bagi bumi yang kita tinggali.
Lonjakan Sampah Ketika Lebaran Berakhir
Salah satu dampak paling nyata dari berakhirnya hari Lebaran adalah meningkatnya jumlah sampah. Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), selama periode Lebaran, jumlah sampah di Indonesia bisa meningkat hingga 20-30% dibandingkan hari biasa. Sampah makanan menjadi salah satu penyumbang terbesar akibat hidangan berlimpah yang sering kali tidak habis dikonsumsi dan hanya terbuang sia-sia.
Selain itu, penggunaan plastik sekali pakai juga sangat melonjak drastis. Hampers Lebaran yang biasa dikemas dengan bahan plastik, kantong kresek saat berbelanja kebutuhan, hingga wadah makanan berbahan styrofoam dari berbagai hidangan yang dibawa saat silaturahmi, sehingga semuanya berkontribusi pada penumpukan sampah plastik yang sulit terurai.
Polusi Udara Akibat Mudik Massal
Mudik adalah tradisi yang tidak bisa dihindari pada hari menuju Lebaran dan berakhir Lebaran. Jutaan orang bergerak dari kota ke kampung halaman dan sebaliknya menggunakan berbagai moda transportasi, dari kendaraan pribadi hingga berbagai transportasi umum. Akibatnya, penggunaan bahan bakar meningkat drastis, menghasilkan emisi karbon yang lebih tinggi dibandingkan hari biasa.
Berdasarkan survei Kementerian Perhubungan (Kemenhub), jumlah pemudik Lebaran 2025 diperkirakan mencapai 146,48 juta orang atau sekitar 52% dari penduduk Indonesia. Dengan dominasi penggunaan kendaraan pribadi, hal ini menyebabkan peningkatan polusi udara yang sangat signifikan, sehingga memperburuk kualitas udara di berbagai daerah yang ada di Indonesia.
Pemborosan Energi Listrik Ketika Lebaran
Selama perayaan hari Lebaran, tentunya konsumsi energi listrik juga sangat meningkat. Penggunaan lampu hias di rumah-rumah, AC yang bekerja ekstra karena meningkatnya jumlah tamu, hingga penggunaan alat elektronik untuk hiburan keluarga, semuanya menyumbang pada pemborosan energi.
Di beberapa kota besar seperti Balikpapan, lonjakan penggunaan listrik selama Lebaran bahkan bisa menyebabkan pemadaman listrik di beberapa daerah. Hal ini menunjukkan betapa besarnya dampak berakhir lebaran ini terhadap sumber daya energi nasional.
Mengubah Kebiasaan agar Lebih Ramah Lingkungan
Meski dampak lingkungan dari berakhirnya hari Lebaran cukup besar, ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengurangi jejak ekologis tanpa mengurangi esensi kebahagiaan dari perayaan Lebaran Idulfitri.
- Mengurangi Sampah Makanan
Memasak secukupnya dan menyimpan makanan dengan baik untuk menghindari pemborosan makanan yang bisa saja terbuang sia-sia.
- Mengurangi Penggunaan Plastik
Dengan menggunakan wadah makanan yang dapat digunakan kembali dan menghindari penggunaan plastik sekali pakai.
- Memilih Transportasi Umum
Menggunakan transportasi umum atau berbagi kendaraan saat mudik untuk mengurangi emisi karbon yang menyebabkan polusi.
- Menghemat Listrik
Menggunakan energi secara bijak, mematikan perangkat yang tidak digunakan, dan mengurangi penggunaan dekorasi berlebihan.
Perayaan Lebaran Idulfitri seharusnya tidak hanya menjadi momen kebahagiaan bagi manusia, tetapi juga bagi lingkungan sekitar. Dengan sedikit merubah kebiasaan, kita bisa merayakan Lebaran Idulfitri dengan cara yang lebih berkelanjutan dan tetap menjaga kelestarian bumi untuk generasi mendatang.