Mega Proyek Food Estate Papua: Janjikan Pangan, Jerat Lingkungan

Ilustrasi kerusakan alam akibat food estate
Ilustrasi kerusakan alam akibat food estate. Ganbar: Benua.id

Geograph.id – Hutan hujan Papua yang hijau membentang luas, menyimpan ribuan jenis flora dan fauna endemik. Namun, di balik hijaunya lanskap itu, kini suara mesin berat mulai menggema. Mega proyek Food Estate hadir dengan janji ketahanan pangan nasional, tapi meninggalkan jejak kerusakan yang mengancam paru-paru terakhir Indonesia Timur.

Proyek Food Estate di Merauke, Papua Selatan, merupakan bagian dari Program Strategis Nasional (PSN). Proyek ini diluncurkan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan ketahanan pangan dan mempercepat pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19. Program ini mencakup pengembangan lahan pertanian skala besar dengan komoditas utama seperti padi, jagung, dan tebu.

Merauke dipilih sebagai lokasi proyek karena karakteristik geografisnya yang datar dan luas, serta dianggap memiliki potensi agrikultur yang tinggi.  Namun, proyek ini telah menimbulkan kekhawatiran serius terkait dampak lingkungan dan sosial. Contohnya seperti deforestasi, hilangnya keanekaragaman hayati, dan konflik dengan masyarakat adat yang merasa hak atas tanah mereka terancam. ​

Food Estate Sebabkan Deforestasi Skala Besar

Forest Watch Indonesia (FWI) mencatat bahwa deforestasi di Papua Selatan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 190.000 hektar pada tahun 2022-2023 akibat proyek ini. Deforestasi ini juga berkontribusi pada peningkatan emisi karbon dioksida hingga 782,45 juta ton, yang bertolak belakang dengan komitmen Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2050.  

Deforestasi yang terjadi akibat food estate Merauke mengancam keanekaragaman hayati di wilayah tersebut . Hilangnya habitat alami dapat menyebabkan kepunahan berbagai spesies flora dan fauna endemik Papua.  

Keanekaragaman Flora Fauna Terancam

Menurut laporan dari Ekuatorial dan SIEJ, deforestasi yang terjadi akibat proyek ini dapat menyebabkan kepunahan berbagai spesies flora dan fauna endemik Papua.

Penelitian yang dilakukan oleh 99 peneliti dari 19 negara membuktikan bahwa hutan-hutan di Tanah Papua menaungi ratusan ribu spesies flora dan fauna. Sebagian besar adalah endemik yang tak dapat dijumpai di tempat lain. Contohnya adalah Cenderawasih, burung ikonik yang keindahannya terkenal hingga dunia internasional.

Jika Food Estate akan merusak ekosistem dan habitat yang ada, maka flora dan fauna yang ada di Tanah Papua bisa ikut terancam, bahkan bisa mempercepat kepunahan sejumlah satwa endemik yang berstatus “terancam punah”, termasuk burung cendrawasih.

Rusaknya Lahan Gambut dan Emisi Karbon

Food Estate Merauke berisiko merusak lahan gambut di wilayah tersebut. Pengalaman dari proyek Food Estate sebelumnya menunjukkan bahwa 1,4 juta hektar hutan gambut telah hancur akibat program tersebut. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan berbagai masalah lingkungan, seperti peningkatan emisi gas rumah kaca, penurunan kualitas air, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Food Estate Juga Sebabkan Pencemaran 

Penggunaan pupuk dan pestisida secara intensif dalam proyek Food Estate di Merauke berpotensi mencemari air dan tanah di sekitarnya. Laporan dari Ekuatorial dan SIEJ menyebutkan bahwa pencemaran ini dapat mengancam kesehatan masyarakat dan merusak ekosistem perairan. ​

Studi yang dipublikasikan dalam E3S Web of Conferences juga menemukan bahwa kualitas air di Sungai Maro dan Kumbe, yang melintasi area produksi pangan di Merauke, mengalami penurunan akibat aktivitas pertanian, termasuk penggunaan pupuk dan pestisida.

Mega proyek Food Estate di Merauke, Papua Selatan, menjadi simbol dilema pembangunan di Indonesia: antara ambisi ketahanan pangan dan ancaman kerusakan lingkungan serta sosial. Alih-alih menjadi solusi jangka panjang, proyek ini justru menimbulkan persoalan baru

Pembangunan yang mengabaikan prinsip keberlanjutan hanya akan menghasilkan ketimpangan baru, baik bagi manusia maupun alam. Sudah saatnya pendekatan pembangunan nasional mengedepankan partisipasi masyarakat lokal, keadilan ekologis, dan perlindungan terhadap kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia Timur.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *