
Geograph.id – Pemerintah berusaha keras untuk memastikan pasokan air bersih di Ibu Kota Nusantara (IKN) dapat memenuhi kebutuhan ribuan ASN. Karena dijadwalkan ASN akan menetap di wilayah Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, tahun ini.
Mesin pompa transmisi air minum baru-baru ini dikirim ke pemerintah oleh TNI Angkatan Udara dari Guangzhou dan Shandong, Cina. Untuk saat ini, tujuan pembangunan jalur pipa air bersih sepanjang lebih dari 15 kilometer masih menjadi prioritas utama.
Sebaliknya, karena kualitas air tanah dan permukaan udara yang tidak layak dikonsumsi, sebagian penduduk di sekitar IKN harus membeli air bersih selama bertahun-tahun.
Karena rumitnya, pakar hidrologi berpendapat bahwa penyediaan air bersih di IKN akan lebih mahal daripada di Jakarta.
Bagaimana warga yang akan tinggal di IKN akan mendapatkan air bersih dalam jangka panjang?
Kondisi Sumber Air di IKN

Setidaknya ada tiga sumber air yang dapat dimanfaatkan dalam TIK: air tanah (air dari sumur atau bor), air permukaan (sungai, air mancur, danau, sumur dan laut), dan air hujan yang disimpan dalam skala rumah tangga.
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menilai kesesuaian karakteristik kawasan inti IKN “dalam kondisi perairan sulit”.
“Disarankan menggunakan air permukaan atau alternatif lain,” kata Tatan Hidayat, Subkoordinator Pusat Geologi Pertanahan dan Lingkungan Badan Geologi.
Menurut kajian yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), wilayah IKN terdiri dari batuan yang sangat tua dan solid. Udara yang menyerap ke tanah melalui banyak lapisan lempung, batubara, dan gambut. Lapisan-lapisan ini berdampak pada kualitas air sumur.
Air tanah di IKN dan wilayah gambut mungkin mengandung pengendapan pirit karena kadar besi yang tinggi dan banyaknya sulfida. Akibatnya, udara tanah bersifat asam, dan udara yang mengandung pirit biasanya berwarna jingga hingga merah.
Menurut Tatan, kawasan inti IKN termasuk dalam “kesesuaian lahan sedang hingga tinggi”. Ini berarti pembangunan perkotaan memerlukan biaya sedang hingga tinggi karena kebutuhan udara yang agak sulit terpenuhi.
Bendungan Jadi Solusi?

Nurina Fitriani, dosen Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, juga pernah mengusulkan penggunaan air permukaan sebagai air baku.
Selain itu, curah hujan 2.400 mm/tahun di Penajam Paser Utara menunjukkan potensi sumber air yang dapat memenuhi kebutuhan air bersih.
Pemerintah sedang mengerjakan empat bendungan secara bertahap hingga tahun 2058 mendatang. Salah satunya , Bendungan Sepaku Semoi , telah selesai dan diresmikan pada awal Juni oleh Presiden Joko Widodo.
Jokowi menyatakan, “Ini akan menjadi sumber air baku untuk air minum di Ibu Kota Nusantara dan sebagian untuk Kota Balikpapan.”
Bendungan Sepaku Semoi dibangun pada tahun 2020 dengan anggaran Rp836 miliar. Luas mencakup 322 hektare dan memiliki kapasitas tampung 16 juta meter kubik . Jumlah air ini setara dengan kebutuhan tujuh bulan untuk 500.000 rumah tangga.

Namun, aliran air bersih dari bendungan ini belum sepenuhnya didistribusikan karena jaringan pipa diperlukan.
PT Brantas Abipraya (Persero), perusahaan plat merah yang menangani proyek infrastruktur pengairan, mengumumkan bahwa mereka akan mempercepat pembangunan jaringan pipa transmisi air minum Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).
Menurut Sugeng Rochadi, Direktur Utama Brantas Abipraya, “Brantas Abipraya membangun dua paket pekerjaan: SPAM Sepaku Paket 1 sepanjang 5,343 km dan SPAM Sepaku Paket 2 sepanjang 10,528 km,” kata Sugeng Rochadi.
Aliran Sungai Sepaku

Sumber air baku IKN berasal dari Sungai Sepaku, selain dari Bendungan Sepaku Semoi.
Menurut Danis Hidayat Sumadilaga, Ketua Satuan Tugas (Satgas) Pelaksana Pembangunan Infrastruktur IKN, air bersih yang dibutuhkan IKN akan dialirkan dari aliran Sungai Sepaku dengan kapasitas 300 liter per detik, sehingga setidaknya akan tersedia pada perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia pada 17 Agustus 2024.
“Pembangunan pipa sepanjang 16 kilometer dari intake Sungai Sepaku ke reservoir besar dengan kapasitas 2×6000 kubik sudah 97%,” ujarnya kepada wartawan seperti dikutip dari media Prokal.
Di tengah upaya untuk menyediakan air bersih bagi IKN, TNI AU melaporkan telah memboyong mesin pompa transmisi air minum dari Guangzhou dan Shandong, Tiongkok.
“Dari Lanud Raden Sadjad (Natuna) pesawat lalu mengantarkan mesin pompa air minum ke Lanud Dhomber Balikpapan, Kalimantan Timur,” kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara, Ardi Syahri.
Salah satu tujuan pemerintah tahun ini adalah untuk meningkatkan Aparatur Sipil Negara (ASN). Salah satu tujuan tersebut adalah untuk melacak penyediaan udara di IKN.
Jumlah ASN yang direncanakan untuk IKN gelombang pertama adalah 17.000 orang pada Februari lalu, namun target terus direvisi dan terus berkurang.

Pejabat pemerintah berulang kali meminta ASN yang bersedia dipindahkan ke IKN untuk mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk maju dalam karir mereka.
ASN yang bersedia bertugas di IKN disebut sebagai petarung dan momentum penilaian, menurut keterangan resmi Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian.
Tito menyatakan, “Ini saya sudah buka kemarin, di Kemendagri hampir 6.000-an karyawannya, sudah 200 rebutan mau ke sini ( IKN), dan saya sendiri saya sangat siap untuk gelombang pertama.”
Kualitas Air Bersih di IKN
Menurut Ahmad Munir, ahli hidrologi dari Institut Serayu, kualitas udara di IKN dan Pulau Jawa tidak sama.
Berbicara tentang udara darat dan udara permukaan, ia mengatakan, “Jadi data dan fakta baik kondisi hidrologi, ekologi, geomorfologi, maupun kondisi geografis di wilayah IKN yang kita sebut Ibu Kota Nusantara di Penajam Paser Utara itu karakteristik hidrologi agak berbeda dengan Ibu Kota Jakarta.”

Menurutnya, pengelolaan air baku di Jawa “tidak begitu repot” dibandingkan dengan IKN karena tutupan batuan vulkanik di Jawa yang mampu menyaring udara dengan baik.
Faktor penyebabnya adalah bahwa teknologi yang digunakan untuk mengubah permukaan udara menjadi air bersih di IKN lebih kompleks dan lebih mahal. Itu belum termasuk pembangunan jaringan pipa untuk waduk.
Munir menambahkan, “Artinya, ketika harus menyediakan sistem perpipaan udara, juga harus membuat jaringan perpipaan baru dan sistem pendistribusian yang baru, tentu itu jauh lebih mahal dibandingkan di Jawa.”
Selain itu, ia berharap pemerintah terus menerus mengubah IKN menjadi kota sponsor dengan tidak menggunakan air tanah sebagai sumber air.
Jika tidak, eksploitasi air tanah IKN sama dengan Jakarta, yang menyebabkan permukaan tanahnya tenggelam.
Untuk mempertahankan Ibu Kota Nusantara, penggunaan air baku permukaan sangat penting. Dia mengatakan dampak ekologinya akan sangat besar jika tidak ada itu.